Yuri: Peningkatan Kasus Positif COVID-19 Dipicu Oleh Tracing yang Agresif
11 Jun 2020 02:01 WIB
Foto : Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto. (Humas BNPB/Dume Harjuti Sinaga)
JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan bahwa meningkatnya penambahan kasus positif COVID-19 disebabkan karena tracing yang agresif.
Adapun penambahan kasus tersebut merupakan spesimen yang dikirim oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan di daerah, dan tidak didominasi dari hasil laporan rumah sakit.
"Penambahan kasus positif ini, disebabkan karena tracing yang agresif dilakukan, sehingga bisa kita lihat, bahwa sebagian besar penambahan kasus ini adalah spesimen yang dikirim oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan," ujar Yuri di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6).
Menurut Yuri, hal tersebut menjadi bukti bahwa tracing yang agresif dapat mendapatkan banyak kasus positif, sehingga upaya isolasi mandiri segera dapat dilakukan agar penyebaran virus dapat dikendalikan.
Sebagaimana yang diketahui sebelumnya, bahwa upaya tracing yang agresif tersebut sejalan dengan arahan dari Presiden Joko Widodo sebelumnya.
"Ini adalah bukti, bahwa memang tracing yang agresif akan bisa menangkap begitu banyak kasus positif dan sudah barang tentu kita akan menginginkan kasus ini kemudian melakukan isolasi dengan sebaik-baiknya secara mandiri, agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain," katanya.
Berdasarkan kinerja data yang dilaporkan Gugus Tugas Nasional, diketahui angka penambahan kasus positif masih terjadi dan meningkat. Namun apabila melihat sebaran per provinsi, sebagian besar sudah dalam kondisi stabil.
"Kita bisa melihat, bahwa memang secara keseluruhan kita masih meningkat angkanya, tetapi kalau kemudian kita lihat sebaran per provinsi, sebenarnya sebagian besar provinsi sudah dalam kondisi stabil," jelas Yuri.
Sebagai informasi, Gugus Tugas Nasional melalui Gugus Tugas Daerah telah melakukan pemeriksaan spesimen sebanyak 17.757 spesimen, sehingga akumulasi yang sudah diperiksa adalah 446.918 spesimen.
Dari pemeriksaan tersebut didapatkan kasus positif sebanyak 1.241 orang, sehingga totalnya menjadi 34.316.
Berdasarkan rincian lebih lebih lanjut, penambahan kasus positif terbanyak di 5 provinsi meliputi, Jawa Timur dengan tambahan 273 kasus konfirmasi positif dan 97 sembuh, Sulawesi Selatan 189 dan melaporkan 53 sembuh, DKI Jakarta 157 orang dan melaporkan 146 sembuh.
Selanjutnya Jawa Tengah meningkat 139 orang dan melaporkan 118 orang sembuh, Kalimantan Selatan 127 orang positif baru dan 10 orang sembuh.
Kemudian menurut data yang disampaikan Yuri, ada 15 provinsi yang melaporkan kenaikan di bawah 10, dan ada 6 provinsi yang hari ini tidak melaporkan ada kenaikan sama sekali.
"Sebagai contoh Sumatera Barat, hari ini naik 14 pada angka yang kita bisa prediksikan, dengan kesembuhan 28. Kemudian, ada beberapa provinsi yang lain, sebagai contoh Gorontalo hari ini ada 6 kasus, tetapi 7 dilaporkan sembuh," ungkap Yuri.
Hal itu sekaligus menjadi kabar yang baik bahwa daerah-daerah yang lainnya sudah mulai bisa mengendalikan COVID-19 dengan baik.
"Sudah barang tentu inilah peran serta masyarakat keseluruhan," kata Yuri.
Selain kasus positif, Gugus Tugas Nasional juga melaporkan pasien sembuh menjadi 12.129 setelah ada penambahan sebanyak 715 orang. Selanjutnya untuk kasus meninggal bertambah 36 orang sehingga totalnya menjadi 1.959.
"424 kabupaten/kota yang terdampak di 34 provinsi. Pasien yang kita awasi, yang kita tetapkan sebagai PDP adalah 14.242 orang, sementara ODP, 43.945 orang," terang Yuri.
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional