TMC untuk Menanggulangi Bencana Kekeringan di Wilayah Pertanian Indonesia Tahun 2015
25 Agt 2015 10:38 WIB
Dilihat 339 kali
Foto : TMC untuk Menanggulangi Bencana Kekeringan di Wilayah Pertanian Indonesia Tahun 2015 ()
JAKARTA - Pada hari ini (25/08) bertempat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, mulai dilakukannya penanggulangan bencana penanggulangan bencana kekeringan melalui upaya Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau yang lebih dikenal dengan istilah hujan buatan. Pelaksanaan hujan buatan dilakukan oleh UPT Hujan Buatan BPPT di bawah koordinasi BNPB dan diprioritaskan pada daerah-daerah endemis kekeringan yang juga merupakan lumbung beras nasional, yaitu Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Operasi resmi dibuka oleh Menteri Pertanian dengan disaksikan oleh Asops Panglima TNI, Danlanud Halim Perdanakusuma, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Sekretaris Utama BPPT, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)Hujan Buatan BPPT , dan Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB.
Kepala UPT Hujan Buatan BPPT, Heru Widodo mengatakan dalam pelaksanaan TMC, ada campur tangan manusia untuk memasukan bahan semai ke dalam awan agar cepat hujan. "Operasi TMC ini untuk menyiram sawah-sawah yang dilanda kekeringan. Sedangkan untuk mengisi waduk dilakukan Oktober-November. Jadi sekarang ini memanfaatkan peluang awan yang ada di beberapa kota," katanya .
Sebagai tahap awal, pelaksanaan TMC untuk penanggulangan bencana kekeringan direncanakan berlangsung selama 90 hari. Aktivitas TMC akan dikendalikan dari Pos Komando (Posko) yang bertempat di Lanud Halim Perdanakusuma, dengan daerah target Pulau Jawa terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah. TMC dikerjakan dengan melakukan analisis dan prediksi cuaca harian, memantau pertumbuhan awan, lalu melakukan penyemaian awan menggunakan pesawat CN-295 milik TNI-AU yang mampu mengangkut bahan semai sebanyak 2,8 ton. Sementara untuk memantau pertumbuhan awan digunaan radar cuaca milik BMKG yang terpasang di Cengkareng, Cilacap, Semarang dan Surabaya. Selain itu juga dilakukan pengukuran cuaca pada pos-pos meteorologi (Posmet) di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
“Ternyata dalam penanganan kekeringan ini operasi darat tidaklah cukup, maka kali ini kita lakukan operasi udara. Kita pahami ini sebagai kolaborasi yang positif, maka kebersamaan menjadi kunci pelaksanaan opersi penanggulangan bencana ini. Saya berharap kebersamaan ini menjadi semakin erat, kukuh, dan kokoh sehingga pemerintah dapat selalu hadir ditengah-tengah kesulitan rakyat.” ucap Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Ir. Tri Budiarto dalam sambutannya.
Pelaksanaan TMC pada bulan Agustus di Pulau jawa bukanlah hal yang mudah karena potensi pertumbuhan awan yang sangat sedikit. Namun demikian, TMC harus dilakukan dalam kondisi sulit seperti ini untuk mengupayakan terjadinya hujan dari awan-awan marginal yang berpeluan tumbuh. Jika dari radar nantinya terpantau keberadaan awan potensial, armada pesawat penyemai awan segera diterbangkan menuju lokasi awan target untuk memaksimalkan potensi yang ada agar terjadi hujan. (to)
Penulis