Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Tanam Mangrove: Mitigasi Bahaya Tsunami Kawasan Pacitan Dengan Vegetasi

Dilihat 152 kali
Tanam Mangrove: Mitigasi Bahaya Tsunami Kawasan Pacitan Dengan Vegetasi

Foto : Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan menanam mangrove di Pantai Soge, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, pada Minggu (17/12). Kegiatan ini merupakan upaya mitigasi dengan vegetasi menghadapi ancaman bahaya tsunami di kawasan itu. (Komunikasi Kebencanaan BNPB/Theophilus Yanuarto)



PACITAN - BNPB mengajak berbagai pihak untuk menanam mangrove di Pantai Soge, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, pada Minggu (17/12). Kegiatan ini merupakan upaya mitigasi dengan vegetasi menghadapi ancaman bahaya tsunami di kawasan itu. 

Penanaman mangrove ini memperkuat program desa tangguh yang sudah terbangun di Kabupaten Pacitan, salah satunya Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo, Pacitan. Sebanyak 200 bibit tanaman mangrove ditanam secara simbolis di Pantai Soge siang tadi. Sekretaris Utama BNPB Dr. Lilik Kurniawan bersama Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Timur, perwakilan kementerian/lembaga, peserta sosialisasi IDRIP dan Bank Dunia ikut serta melakukan penanaman mangrove tersebut. 

Total jumlah mangrove yang akan ditanam pada kawasan itu sebanyak 2.000 bibit. Sebagian besar bibit tersebut diupayakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan. 

Pada keterangan pers, Sekretaris Utama BNPB menyampaikan, upaya ini untuk membangun desa tangguh bencana tsunami. Ada 10 indikator yang telah dilakukan Desa Sidomulyo, di antaranya mitigasi vegetasi. 

"Jangka panjangnya adalah membuat mitigasi berbasis vegetasi salah satunya dengan penanaman mangrove," ujar Lilik. 

Lebih lanjut, Lilik menambahkan, tanaman keras juga akan ditanam di kawasan Pantai Soge. Tentu, hal tersebut disesuaikan dengan tanaman yang cocok dan dapat hidup di pesisir pantai. 

"Ini adalah upaya pemerintah melindungi masyarakat terhadap bahaya tsunami," imbuhnya. 

Tanaman mangrove saat terjadi tsunami berfungsi sebagai penghalang alami di pinggir pantai untuk memecah gelombang. Di sisi lain, ini dapat dimanfaatkan untuk mencegah abrasi. Penanaman ini tidak hanya untuk penanggulangan bencana tetapi juga mendukung program adaptasi terhadap perubahan iklim. 

Sementara itu, Desa Sidomulyo ini menjadi salah satu dari 180 desa terpilih yang mendapatkan dukungan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi dan tsunami. Dukungan yang didanai Bank Dunia ini merupakan program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP). Program kesiapsiagaan dan resiliensi masyarakat dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami ini dikoordinasikan melalui BNPB dan BMKG. 

Pada kesempatan itu, BNPB dan BMKG mengajak kepala pelaksana BPBD di 17 provinsi dan perwakilan pemerintah daerah serta BPBD kabupaten/kota untuk melihat pencapaian Desa Sidomulyo dalam membangun desa tangguh bencana (destana), khususnya dari ancaman bahaya gempa dan tsunami.

Sebanyak 10 indikator telah dilakukan warga masyarakat Desa Sidomulyo, di antaranya penilaian ketangguhan desa, penyusunan peta risiko desa berbasis partisipatif, peringatan dini berbasis komunitas, mitigasi struktural dan non-struktural hingga simulasi rencana evakuasi. 

Dari kunjungan ini, BNPB mengharapkan pencapaian Desa Sidomulyo dapat dijadikan model dan direplikasi sesuai karakteristik masing-masing daerah. 


Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB 


Penulis


BAGIKAN