Foto : SERAH TERIMA “RAHASIA MERAPI” BADAN GEOLOGI KE BNPB ()
Serah terima
hasil kegiatan Siaga Darurat Lahar Dingin G. Merapi oleh Badan Geologi ke BNPB
yang dilaksanakan di Ruang Auditorium Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Tekhnologi Kegunungapian (BPPTK) pada Rabu, 27 Februari 2013 berjalan dengan
lancar. Tampak hadir pada acara tersebut perwakilan BNBB oleh Sekretaris Utama
BNPB dan Deputi 1 Bidang Kesiapsiagaan, Kepala Badan Geologi KESDM, Kepala
BPPTK. Kepala TPT RR Merapi wilayah DIY dan Jateng, TIM Teknik Geodesi UGM, BPBD
Provinsi, dan BPBD Kabupaten.
Drs. Subandriyo
selaku Kepala BPPTK pada kesempatan tersebut menyampaikan sambutan dan laporan
kegiatan yang telah dilaksanakan. Ia menyimpulkan secara umum semua kegiatan siaga darurat menghadapi
ancaman lahar dingin G. Merapi pasca erupsi 2010 telah dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Adapun ringkasan
hasil kegiatan yang telah dilaksanakan berkat kerjasama antara BNPB dan Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (KESDM) ini adalah sebagai berikut:
- Citra LiDAR G. Merapi
Citra ini beresolusi 0.3M2 seluas
53.000 Ha denganpeta turunan
berupa peta DEM (Digital Elevation Model) dan Peta Tutupan Lahan.
- Early Warning System
Telah dibangun Sistem peringatan dini (Early Warning System/EWS) lahar
di sungai-sungai utama berhulu di G. Merapi meliputi K. Woro, K. Gendol. K.
Kuning, K. Boyong/K. Code, K. Krasak, K. Putih, K. Senowo, K. Apu, K. Putih.
EWS lahar Merapi dilengkapi sensor hujan, kamera dan geophone/AFM (acoustic
flow monitor) yang mendeteksi getaran akibat aliran lahar. Sistem bekerja
secara real_time, dimana data ditrasmisikan secara on line ke kantor BPPTK,
BNPB Jakarta, BPBD DIY, BPBD Kabupaten Klaten, BPBD Kabupaten Sleman, BPBD
Kabupaten Magelang.
- Analisis Risiko Bencana G. Merapi
Hasil analisis risiko bencana G. Merapi telah dibuat hingga skala dusun yang disajikan dalam bentuk peta
kerentanan, peta ancaman, dan peta risiko di setiap kabupaten. Disamping itu,
sudah terbangun data base faktor-foktor kerentanan dan risiko yang dapat
dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan di dalam penanggulangan bencana G. Merapi.
- Penguatan Kapasitas Masyarakat
Telah
dilakukan wajib latih penanggulangan bencana di 40 dusun rawan bahaya lahar,
dengan menghasilkan Prosedur Tetap (Protap) Dusun.
- SIKAD Merapi
Dalam rangka peguatan sistem komunikasi, telah dibangun
Sistem Komunikasi Kebencanaan Desa (SIKAD) Merapi, yaitu sistem komunikasi
interaktif menggunakan sarana teknologi informasi untuk menjangkau desa-desa,
khususnya yang masih belum terjangkau jaringan komunikasi publik. Saat ini
telah dibangun SIKAD di 8 desa yaitu Desa
Sukorini, Desa Sindumartani, Kepuharjo, Glagaharjo (Kabupaten Sleman), dan Desa
Sirahan, Desa Jumoyo, Desa Tamanagung (Kabupaten Magelang) serta
Cokrodiningratan (Kota Yogyakarta).
- Kegiatan Public Outreach
Telah dibuat 5 seri film untuk penyuluhan kebencanaan G. Merapi,
leaflet dan sticker pesan kewaspadaan terhadap bencana serta sebuah buku
kesaksian para siswa dan guru ketika terjadi letusan G. Merapi yang
disebarluaskan ke masing-masing sekolah di sekitar Merapi.
- Bantuan Peralatan PRB
Telah diserahkan bantuan perlengkapan peralatan pelatihan penanggulangan
bencana di SMA Negeri 2, Klaten dalam rangka membangun Sekolah Berwawasan
Lingkungan dan Mitigasi Bencana (SWALIBA).
Dr. Ir. Istarno,
salah satu TIM dari Teknik Geodesi UGM mengatakan, dalam program
Risk
Analysis,
Hazard
Assessment,
Information based on warning system and
communities
Awereness of Merapi yang kemudian disingkat RAHASIA Merapi, telah mencakup
semua sendi yang berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencana G. Merapi. Hasil analisis risiko dapat digunakan sebagai kontrol efektivitas upaya pengurangan risiko oleh para
pemangku kepentingan. Disamping itu, data base elemen risiko yang ada, bila di
update secara reguler, dapat digunakan untuk
assessment kerugian secara cepat untuk menyusun rencana pemulihan apabila
bencana erupsi terjadi di masa mendatang. Ia juga menambahkan di kalangan akademisi, data-data ini juga telah dimanfaatkan oleh mahasiswa baik mahasiswa S1,
S2, maupun S3 dalam penelitian-penilitian kegunungapian, khususnya G. Merapi.
Menurut Dr. Ir.
R. Sukhyar, kepala Badan Geologi KESDM, pemerintah mempunyai bargaining position
dalam hal pemanfatan teknologi dalam pengurangan risiko bencana. Dengan teknologi
yang baik, penginformasian dan pensosialisasian yang baik atas barang-barang
yang telah dihasilkan, maka dapat meminimalisir kerugian yang ditimbulkan dari
sebuah kejadian bencana. Barang-Barang yang dihasilkan saat ini dapat digunakan
oleh siapa saja yang membutuhkan mulai dari
BPBD, akademisi, hingga Penambang Galian C di G. Merapi. Sukhyar juga menjelaskan,
kegiatan yang telah dilakukan ini menjadi bukti bahwa BNPB telah berhasil
menjalin kerjasama dan berkoordinasi dengan pihak-pihak lain seperti unsur-unsur pengarah baik
dari Badan Geologi, perguruan tinggi,
Kementerian PU, lembaga-lembaga penelitian ilmu kebumian untuk memberikan informasi kebencanaan yang terbaik kepada masyarakat dalam rangka pengurangan risiko
bencana.
Ir. Fatchul
Hadi, Dip. HE selaku Sekretaris Utama BNPB ikut menyampaikan bahwa
barang-barang yang telah dihasilkan seperti LiDAR G. Merapi merupakan aset
tidak berwujud yang sangat bernilai untuk pengurangan risiko bencana. Ia juga
mengatakan pemetaan LiDAR bisa
dijadikan sebagai salah satu data base gunungapi.
“BNPB akan
berusaha agar kegiatan serupa bisa
dilanjutkan untuk gunungapi lain di luar G. Merapi yang mempunyai potensi
meletus besar dengan risiko sangat tinggi seperti G. Agung, di P. Bali dan G. Galunggung di Jawa
Barat” ucapnya. Sebelum acara tersebut ditutup, Fachtul
Hadi menghimbau kepada Seluruh BPBD baik Kabupaten maupun provinsi dapat
mensosialisasikan barang-barang tersebut sesuai dengan peruntukannya.
Yorsi
Nuzulia
Staff
MONEV dan Pelaporan TPT RR MERAPI DIY dan JATENG