Sebanyak 1.115 Warga Lereng Gunung Merapi Masih Mengungsi
05 Jan 2021 18:20 WIB
Foto : Aktivitas Gunung Merapi per 5 Januari 2020. (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG))
JAKARTA – Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB memonitor lebih dari 1.000 warga lereng Gunung Merapi masih mengungsi di beberapa titik pengungsian. Data per Senin (4/1), pukul 22.00 WIB, warga yang mengungsi tersebar di empat kabupaten, yaitu Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten.
Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 1.115 warga mengungsi di 7 pos pengungsian. Pengungsian terbesar di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan jumlah 324 jiwa. Pengungsi terkonsentrasi di 1 titik dengan rincian dewasa 137 jiwa, lanjut usia 71, anak-anak 61, ibu menyusui 16, bayi 16, disabilitas 15, balita 5 dan ibu hamil 3.
Terkait penanganan darurat warg yang mengungsi, Pemeirntah Kabupaten Sleman menetapkan perpanjangan status tanggap darurat bencana, terhitung sejak 1 Januari hingga 31 Januari 2021. Penetapan tersebut tertuang pada surat keputusan kepala daerah Nomor 94.98/Kep.KDH/A/2020 tentang Perpanjangan Status Tanggap Darurat Bencana.
Berdasarkan analisis Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), wilayah yang direkomendasikan untuk evakuasi untuk Kabupaten Sleman, yaitu Kecamatan Cangkringan dengan 3 desa, Desa Glagaharjo, Kepuharjo dan Umbulharjo.
Sementara itu, kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah warga penyintas tertinggi berada di Kabupaten Klaten, 297 jiwa, sedangkan di Kabupaten Magelang 279 dan Boyolali 215.
Warga yang mengungsi di Kabupaten Klaten, Magelang dan Boyolali tersebar masing-masing di 2 titik. Pemerintah kabupaten (Pemkab) di wilayah terdampak juga telah memperpanjang status tanggap darurat dengan waktu berbeda. Pemkab Klaten menetapkan status tanggap darurat pada 1 hingga 14 Januari 2021, Magelang pada 1 hingga 15 Januari 2021 dan Boyolali 1 Januari hingga 31 Januari 2021.
Gunung Merapi yang berada di perbatasan DIY dan Provinsi Jawa Tengah ini masih berstatus level III atau ‘Siaga.’ Status tersebut ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sejak 5 November 2020, pukul 12.00 WIB. Merapi dengan ketinggian 2.968 m di atas permukaan laut ini mengalami erupsi tidak menerus. Berdasarkan data PVMBG, letusan terakhir terjadi pada 21 Juni 2020 dengan tinggi kolom erupsi 6.000 m di atas puncak. Warna kolom abu teramati kelabu.
PVMBG juga telah mengidentifikasi prakiraan wilayah-wilayah berbahaya di wilayah Provinsi Jawa Tengah, antara lain Kabupaten Magelang dengan detail lokasi di Kecamatan Dukun, Desa Ngargomulyo (Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar), Desa Krinjing (Dusun Trayem, Pugeran, Trono) dan Desa Paten (Babadan 1, Babadan 2).
Sedangkan di Kabupaten Boyolali, di Kecamatan Selo, Desa Tlogolele (Dusun Stabelan, Takeran, Belang), Desa Klakah (Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur) dan Desa Jrakah (Dusun Jarak, Sepi).
Wilayah Kabupaten Klaten di Kecamatan Kemalang mencakup Desa Tegal Mulyo (Dusun Pajekan, Canguk, Sumur), Desa Sidorejo (Dusun Petung, Kembangan, Deles) dan Desa Balerante (Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang).
BNPB terus memonitor penanganan darurat di keempat kabupaten yang berada di DIY dan Provinsi Jawa Tengah ini. Di samping itu, BNPB telah membantu Pemkab terdampak dengan bantuan logistik, seperti masker, lampu portable, hand sanitizer, mesin antigen, dan dana siap pakai.
Terkait dengan aktivitas vulkanik, BPPTKG menginformasikan adanya peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Peningkatan aktivitas berupa guguran lava pijar pada Senin (4/1), pukul 19.52 WIB. Lava pijar tersebut terpantau jelas melalui kamera di sebelah barat daya Gunung Merapi dan kamera pemindai panas di stasiun Panguk.
Dr. Raditya Jati
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB