Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

RATA-RATA 514 JIWA TEWAS TIAP TAHUN AKIBAT BANJIR LONGSOR

Dilihat 354 kali
RATA-RATA 514 JIWA TEWAS TIAP TAHUN AKIBAT BANJIR LONGSOR

Foto : RATA-RATA 514 JIWA TEWAS TIAP TAHUN AKIBAT BANJIR LONGSOR ()

Tren bencana banjir dan longsor (bansor) di Indonesia terus meningkat. Tahun 2003 kejadian banjir dan longsor 266 kejadian dan tahun 2013 ada 822 kejadian. Dalam 11 tahun terakhir bencana bansor terbanyak pada tahun 2010 yaitu 1.433 kejadian. Total bencana bansor selama 2003-2013 sebanyak 6.288 kejadian atau 572 per tahunnya. Dampak yang ditimbulkan akibat bansor  juga cukup besar. Total korban tewas selama tahun 2003-2013 ada 5.650 jiwa atau rata-rata 514 jiwa tewas per tahunnya. Sebanyak 1,5 juta jiwa rata-rata mengungsi dan menderita akibat bansor.

Sesungguhnya bencana bansor adalah akibat dari semua faktor penyebabnya. Faktor antropogenik lebih dominan dibandingkan faktor alam sebagai penyebab timbulnya bansor. Pola hujan memang telah berubah makin tinggi intensitasnya. Tapi bertambahnya jumlah penduduk, urbanisasi, konversi lahan, rendahnya kesadaran membuang sampah, tata ruang, minimnya konservasi tanah dan air dan lainnya menjadi penyumbang utama meningkatnya kerentanan banjir.

Ini tercermin dari DAS kritis di Indonesia. Lebih kurang ada 68 DAS kritis. Daya dukung lahan yang sudah terlampaui, diantaranya Jawa sejak tahun 2006. Degradasi hutan masih cukup tinggi. Di Indonesia tahun 2008 tutupan hutan 49,4% lalu tahun 2012 menjadi 47,7%. Di Jawa hutan hanya ada sekitar 16,1%. Idealnya 30% dari luas keseluruhan. Tata ruang berbasis peta risiko bencana hendaknya diterapkan ketat. Produk hukum yang mengatur lingkungan dan terkait pengendalian bansor juga sudah banyak. Namun implementasi masih rendah.

Bencana adalah urusan bersama antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Pemerintah dan pemda menjadi penanggung jawab. Sudah banyak upaya yang dilakukan kementerian/lembaga sesuai portopolionya. Bencana harus menjadi penggerak atau wake up call untuk membenahi semua masalah. Jika tidak bencana bansor akan terus berkelanjutan.

Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Huma BNPB
Penulis


BAGIKAN