PRB Berawal dari Rumah Kita Sendiri
14 Okt 2014 13:00 WIB
Dilihat 331 kali
Foto : PRB Berawal dari Rumah Kita Sendiri ()
Ridwan Djamaludin, narasumber dari BPPT, menyebutkan PRB itu harus berawal dari rumah kita sendiri. Hal senada diutarakan Walikota Banda Aceh, namun penekanan lebih pada mengedepankan peran perempuan. Mereka yang bekerja pada pekerjaan domestik biasanya lebih mengingatkan suami dan anak-anak terkait PRB, seperti menempatkan barang yang tidak menghambat akses keluar, tempat titik kumpul, atau pun mengajarkan kepada anak-anak mengenai bahaya gempabumi.
Pengalaman gempabumi dan tsunami harus ditularkan dari generasi ke generasi. Ridwan mengilustrasikan bahwa masyarakat akan mengalami panik pada satu menit pertama. Beberapa waktu kemudian mereka masih ingat kejadian itu, tapi puluhan tahun kemudian, yang menjadi pertanyaan, apakah generasi berikutnya akan ingat reaksi terhadap gempa. "Mengingat agar kita tidak kembali ke titik nol", jelas Ridwan.
Internalisasi budaya siaga bencana menjadi penting ketika kita mampu mengenali potensi bencana dan mengumpulkan informasi. "Jadi teknologi bukan lagi sebagai panduan tetapi mulai dari diri kita sekarang", tambah Ridwan Djamaludin.
Di sisi lain, PRB tidak terlepas dari pengalaman dan ilmu pengetahuan. Kepala BNPB Syamsul Maarif sebagai keynote speaker menyebutkan bahwa sebagai suatu refleksi, menangani bencana harus dengan berbagai disiplin ilmu. "Bencana perlu pendekatan dengan ilmu sains dan manusia", kata Syamsul Maarif. Kepala BNPB menekankan mengenai kolaborasi dalam arti positif bahwa dengan berbagai latar belakang atau pun disiplin harus bekerja sama. Syamsul Maarif menggambarkan hal tersebut dengan teori sapu lidi.
Kepala BNPB mengajak lembaga seperti BPPT, LIPI, IABI serta para praktisi yang telah mengimplementasikan pengetahuan untuk langsung ke lapangan. (Phi)
Penulis