Foto : Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan 2014 ()
Surabaya (3/5). Sesuai dengan Pasal 3 UU No.24 tahun 2007, penelitian dalam penanggulangan bencana merupakan perwujudan dari pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan salah satu azas dalam penanggulangan bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Kemenristek) serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melakukan koordinasi dan diskusi para peneliti/periset kebencanaan dari lembaga riset dan perguruan tinggi. Kegiatan tersebut adalah Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Riset Kebencanaan 2014 yang dilaksanakan dari tanggal 3 – 5 Juni 2014 di Surabaya.
Wilayah negara Indonesia sudah dideklarasikan sebagai laboratorium bencana. Berbagai bencana ada di Indonesia dan harus menjadi pembelajaran bagi kita untuk melakukan penanggulangan bencana yang efektif dan efisien. Maka diperlukan suatu rencana terintegrasi antara peneliti/periset kebencanaan di Indonesia. Hal ini disampaikan dalam pidato Kepala BNPB DR. Syamsul Maarif, MSi. yang sekaligus membuka acara PIT Riset Kebencanaan 2014. Pembukaan ini dilakukan di Hotel Pullman, Surabaya dan dihadiri perwakilan Kemenristek, perwakilan Kemdikbud, perwakilan TNI dan Polri, Rektor Universitas Dr. Sutomo, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, serta 365 orang peserta yang berasal dari Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi dari seluruh Indonesia.
PIT Riset Kebencanaan 2014 ini merupakan gelar tahunan pertama yang diharapkan dari kegiatan ini akan terbangun database dan terwujudnya dialog dan sinergi pelaku penelitian/periset kebencanaan dari Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi. Selain itu nantinya akan tersusun Blue-Print Riset Kebencanaan sebagai acuan dalam perencanaan dan penganggaran sesuai dengan kebutuhan penanggulangan bencana di Indonesia. Maka akan tercipta pelaku penelitian/periset kebencanaan dari Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi.
Kegiatan dalam PIT ini dilakukan dengan diskusi terarah antar peneliti/periset dari Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi. Peserta akan dibagi menjadi 12 Working Group (WG) dan membahas terkait dengan:
Kebutuhan Nasional terhadap Riset Kebencanaan, Capaian dan Hasil Penelitian saat ini yang mendukung Kebutuhan Nasional terkait Riset Kebencanaan, Kesepakatan Blue Print Riset Kebencanaan 2015 – 2019, dan Lumpur Lapindo.
Pembagian Working Group (WG) sesuai dengan 12 jenis ancaman yang tertuang
dalam usulan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2015-2019, yaitu:
Gempabumi, Tsunami, Erupsi Gunung Api, Gerakan Tanah, Banjir, Kekeringan, Cuaca ekstrim, Abrasi dan Gelombang Ekstrim, Banjir Bandang, Epidemi dan Wabah Penyakit, Kecelakaan Industri, Kebakaran Lahan dan Hutan.