Perkuat Literasi Sejarah Kebencanaan, BNPB Gelar FGD di Sulawesi Tengah
18 Nov 2022 02:51 WIB
Foto : Focus Group Discussion (FGD) Literasi Sejarah Kebencanaan di Hotel Palu Golden, Kota Palu, Sulawesi Tengah pada Rabu (16/11) pukul 09.00 waktu setempat. (Istimewa)
PALU - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana BNPB menggelar Focus Group Discussion (FGD) sebagai bagian dari upaya penguatan literasi sejarah kebencanaan di Hotel Palu Golden, Kota Palu, Sulawesi Tengah pada Rabu (16/11) pukul 09.00 waktu setempat.
Plt. Direktur Sistem Penanggulangan Bencana BNPB Udrekh menyampaikan bahwa pengalaman gempa Palu 2018 adalah peristiwa yang sukar dilupakan namun memiliki pengetahuan yang amat sangat penuh serta ada hal baru yang dapat dipahami dan dipelajari.
Informasi dan pengetahuan kebencanaan yang ada sejak zaman dahulu di wilayah Palu jika diteliti lebih lanjut maka dapat menjadi pengetahuan dengan pengaruh yang luar biasa.
“Palu adalah aset pengetahuan terbaik yang ada di Indonesia dengan kejadian bencana yang langka”, tutur Udrekh.
“Bagi para ilmuwan, peristiwa di Palu merupakan sebuah pengalaman yang menyadarkan kita betapa sangat kurang pengetahuan dan pemahaman akan hal-hal baru yang perlu kita pelajari. Pengalaman-pengalaman tersebut seringkali tidak sempat kita tuliskan”, tambah Udrekh.
Udrekh mengungkapnya pengalaman pahit dan pengetahuan kebencanaan harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi upaya penanggulangan bencana yang semakin baik di masa yang akan datang.
“Kami berharap Sulawesi Tengah nantinya bisa menjadi pusat ilmu pengetahuan kebencanaan,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah Arfan menyampaikan bahwa dalam rangka melakukan penguatan resilience society diperlukan peningkatan kapasitas masyarakat dengan membangun sistem literasi sejarah kebencanaan yang berbasis pada kearifan lokal dan knowledge management dalam menggali, menghimpun dan mengkaji berbagai pengalaman dan pengetahuan kebencanaan.
“BNPB bersama BPBD Provinsi Sulawesi Tengah terus berupaya untuk membangun ketangguhan masyarakat Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah dalam rangka peningkatkan kapasitas salah satunya dengan pendekatan literasi sejarah kebencanaan,” tutur Arfan.
“Kegiatan hari ini merupakan langkah upaya memperkuat tonggak dam membangun masyarakat Indonesia berbasis pada semangat kolaborasi yang inklusi dan terintegrasi,” ungkap Arfan.
Pertemuan ini membangkitkan semangat dan menghasilkan komitmen untuk menjadikan Sulawesi Tengah sebagai pusat pengetahuan kebencanaan, pusat riset center dan museum kebencanaan di Palu.
Selain itu, masih diperlukan berbagai kegiatan untuk menggali lagi kearifan lokal, seperti mendorong kurikulum kebencanaan di sekolah secara berjenjang dan melalui multi disiplin ilmu.
Kegiatan ini turut mengundang para pakar literasi antara lain Drs. Iksam Djorimi, M.Hum., Wakil Kepala Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah, Mohamad Isnaeni Muhidin, Ketua Nemu Buku (Literasi Bencana Kota Palu), Rahmadiyah Tria Gayathri, Koordinator Umum Forum Sudut Pandang, dan Ir. Abdullah, M.T., pemerhati bencana dari Teknik Geofisika, FMIPA Universitas Tadulako.
Abdul Muhari, Ph.D.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB