Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Peringati HKB 2021, Doni Monardo: Pencegahan dan Mitigasi harus jadi Ruh Kesiapsiagaan Bencana

Dilihat 99 kali
Peringati HKB 2021, Doni Monardo: Pencegahan dan Mitigasi harus jadi Ruh Kesiapsiagaan Bencana

Foto : Kepala BNPB Letjen TNI Dr. (H.C.) Doni Monardo membunyikan sirine sebagai simbolis dimulainya kegiatan simulasi evakuasi bencana gempa bumi memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2021 di Graha BNPB, Senin (26/4). (Komunikasi Kebencanaan BNPB/Ranti Kartikaningrum)


JAKARTA - Kepala BNPB Letjen TNI Dr. (H.C.) Doni Monardo menegaskan bahwa pencegahan dan mitigasi harus menjadi ruh kesiapsiagaan bencana yang diperingati setiap 26 April, bersamaan dengan momentum lahirnya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. 

"Pencegahan dan mitigasi harus menjadi ruh kesiapsiagaan bencana," tegas Doni dalam arahan sebelum berlangsung simulasi evakuasi bencana gempa bumi memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2021 di Graha BNPB, Senin (26/4).

"Sebuah ruh yang mengubah paradigma penanggulangan bencana dari responsif menjadi preventif," lanjut Doni.

Sesuai dengan pesan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Doni kembali mengingatkan bahwa hal yang terpenting dalam penanggulangan bencana adalah pencegahan.

"Seperti pesan Bapak Presiden Joko Widodo, pencegahan, pencegahan dan pencegahan. Dalam kesempatan ini, saya kembali tegaskan pentingnya pencegahan dan mitigasi dalam upaya penanggulangan bencana," ujar Doni.

"Mitigasi harga mati," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Doni turut mengapresiasi atas partisipasi dan kolaborasi seluruh pihak yang mendukung HKB dengan melakukan simulasi evakuasi mandiri untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi potensi bencana yang ada di daerah masing-masing.

"Saya juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para kepala daerah serta seluruh jajarannya atas kesungguhan dalam berpartisipasi mendukung HKB dengan mengajak masyarakat meningkatkan kapasitas menghadapi bencana yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja," tuturnya.

Doni juga menjelaskan empat langkah dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana. Pertama, kenali ancaman bencana di sekitar kita. Kedua, kurangi risiko bencana sesuai kemampuan kita. Ketiga, tentukan tempat aman untuk evakuasi yang disepakati bersama. Keempat, mengajak seluruh keluarga melakukan latihan evakuasi mandiri dari tempat beraktivitas menuju tempat evakuasi.


Belajar dari Kearifan Lokal

Guna meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, Doni mengemukakan beragam kearifan lokal yang patut dijadikan contoh dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.

"Kearifan lokal yang pertama ada tindakan patriotis Ketua RT bernama Soleman di Desa Waisika, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang melakukan tindakan 'Siskamling Bencana' dengan menggedor-gedor semua rumah warga untuk evakuasi sehingga berhasil menyelamatkan seluruh warga dari bencana banjir dan longsor," ungkapnya.

Doni juga menceritakan kearifan lokal lain yaitu pengelolaan hutan mangrove Baba Akong di pesisir utara Magepanda, Maumere, NTT. Penanaman mangrove yang dilakukan oleh Baba Akong bersama istrinya paska tsunami tahun 1992, mulai dari sebatang demi batang kemudian saat ini sudah mencapai 40 hektar menjadi salah satu bentuk kesadaran mitigasi bencana tsunami dengan vegetasi alami manakala tsunami datang lagi.

"Kisah-kisah seperti Soleman dan Baba Akong harus terus dijadikan contoh di seluruh wilayah Nusantara, terlebih sangat banyak kesiapsiagaan bencana dalam bentuk kearifan lokal," ujarnya.

Doni melanjutkan dengan contoh kearifan lokal "smong" di Kabupaten Simeulue, Aceh. 

"Sejak tsunami yang merenggut banyak korban tahun 1907, mereka menciptakan budaya tutur melalui lagu 'smong' yang artinya tsunami dan terbukti pada tsunami tahun 2004, sebagian besar dari mereka selamat," lanjutnya.

Selain kesadaran masyarakat, Doni juga mengatakan bahwa dibutuhkan ketegasan dari pemimpin atau kepala daerah dalam mengimplementasikan rencana kesiapsiagaan kepada masyarakat. 

"Saya ambil contoh ketegasan sikap Bupati Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang memerintahkan semua warga di lokasi rawan untuk segera dievakuasi bahkan hingga memberi hukuman kepada warga yang tidak patuh untuk evakuasi," katanya.

"Menjadi seorang pemimpin ada kalanya harus cerewet dan tegas demi menyelamatkan rakyat dari bencana," ucap Doni. 

Menutup arahan, Doni berharap melalui latihan evakuasi mandiri dapat menjadikan masyarakat semakin tangguh dan dapat menciptakan budaya sadar bencana.

"Saya berharap masyarakat semakin tangguh, tanggon dan trengginas menghadapi bencana," tuturnya.

"Lebih dari itu, muncul kesadaran dari lubuk hati yang paling dalam pada setiap warga negara tentang pentingnya sadar bencana dengan protokol kesehatan yang ketat mengingat pandemi COVID-19 belum berakhir," tutup Doni.

Kegiatan HKB 2021 di Graha BNPB diawali dengan pembunyian sirine oleh Kepala BNPB tepat pukul 10.00 WIB sebagai penanda dimulainya kegiatan HKB dan simulasi evakuasi mandiri yang diikuti oleh seluruh pegawai BNPB.

Pada pukul 10.00 waktu setempat, beberapa daerah di Indonesia turut membunyikan kentongan, lonceng, alarm, sirine sebagai penanda simulasi evakuasi mandiri sesuai dengan potensi bencana yang ada di wilayahnya.

BNPB turut melaksanakan rangkaian kegiatan HKB 2021 di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada beberapa titik lokasi dengan beragam skenario simulasi evakuasi mandiri yang dimulai pada pukul 10.00 waktu setempat dengan membunyikan alat peringatan dini yang dilanjutkan pergerakan masyarakat menuju tempat evakuasi yang aman dan mudah dijangkau dalam waktu singkat.




Dr. Raditya Jati

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB 

Penulis


BAGIKAN