Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Peran Perempuan dan Rumah dalam Adaptasi Kebiasaan Baru yang Aman dan Produktif

Dilihat 43 kali
Peran Perempuan dan Rumah dalam Adaptasi Kebiasaan Baru yang Aman dan Produktif

Foto : Pertemuan di ruang digital bertema Perempuan Sebagai Guru Kesiapsiagaan Bencana dan Rumah Sebagai Sekolah dalam Rangka Adaptasi Kebiasaan Baru Masyarakat Produktif dan Aman dari Covid-19 pada Jumat (19/6). (Istimewa)


JAKARTA - Salah satu kunci dalam mengatasi COVID-19 adalah dengan mengajak seluruh elemen masyarakat bekerja sama, termasuk perempuan. Peran perempuan sangat penting dalam unit terkecil di masyarakat, yaitu keluarga, sebagai garda terdepan dalam melawan COVID-19. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melihat peran perempuan dan para ibu sebagai ujung tombak dalam edukasi bencana di lingkungan keluarga. Ini melatarbelakangi untuk memperkuat pengetahuan risiko sehingga mereka dapat membagikannya kepada anggota keluarga yang lain. Khususnya dalam masa pandemi COVID-19, adaptasi kebiasaan baru dapat diterapkan keluarga untuk menjadi aman dan produktif. 

Latar belakang tersebut mendorong BNPB untuk meningkatkan kapasitas multipihak yang tergabung dalam Gerakan Pengurangan Risiko Bencana (GPRB). Melalui BNPB, Direktorat Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana (PSPB) menyelenggarakan pertemuan di ruang digital bertema Perempuan Sebagai Guru Kesiapsiagaan Bencana dan Rumah Sebagai Sekolah dalam Rangka Adaptasi Kebiasaan Baru Masyarakat Produktif dan Aman dari Covid-19 pada Jumat (19/6).

GPRB merupakan gerakan penguatan kapasitas individu dan komunitas yang berfokus pada kegiatan partisipatif dalam melakukan aksi individu maupun kolektif, serta membangun budaya aman dan peningkatan kualitas hidup berbasis pengurangan risiko bencana (PRB).

Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Wisnu Widjaja menyampaikan bahwa kolaborasi strategis melalui pendekatan “Gerakan” diharapkan mampu melibatkan dan memobilisasi kapasitas sumber daya, kepempimpinan, teknologi, dan taktik dari seluruh komponen pentaheliks. 

Ia juga mengatakan bahwa BNPB berkomitmen untuk menindaklanjuti peningkatan kapasitas. Peningkatan kapasitas ini untuk memperkuat gerakan melalui kegiatan bimbingan teknis kolaboratif dengan beberapa topik. 

Topik tersebut mencakup:

- pemahaman risiko COVID-19 dan upaya pencegahan (pengegahan dan mitigasi)

- Gender dan inklusivitas dalam membangun keluarga tangguh dalam menghadapi COVID-19

- Inisiatif membangun ketangguhan keluarga berbasis ekonomi produktif dan aman COVID-19

- Penanganan kesehatan di rumah untuk COVID-19 (kesiapsiagaan dan penanganan darurat)

- Beradaptasi dengan kondisi COVID-19 (tatanan kebiasaan produktif dan aman covid-19)

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengembangkan berbagai media komunikasi publik yang sederhana, menarik dan mudah dipahami untuk 5 pesan utama pencegahan COVID-19. 

Setiap pesan dikembangkan dalam ragam media dan dapat diadopsi sebagai materi standar dalam pelatihan. Pelibat utama yang perlu dipastikan dalam gerakan adalah Posyandu, PKK, dan organisasi, dan kelompok perempuan, yang telah eksis di masyarakat, dan organisasi di tingkat lokal, seperti organisasi kader/relawan. 

Dalam pertemuan itu, beberapa tantangan potensial disuarakan seperti penguatan kesadaran gender untuk merekonstruksi peran gender di keluarga. 

Sementara itu, gerakan ini akan diperluas secara bertahap sesuai dengan situasi di berbagai daerah dan dukungan dari pemangku kepentingan.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Deputi Sistem dan Strategi BNPB, Direktur PSPB BNPB, dan Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes serta dihadiri oleh BKKBN, perwakilan organisasi seperti DWP Pusat, DWP BNPB, Komunitas Keagamaan (NU, MDMC, Matakin, Walubi, Permabudhi, PHDI, KWI, PGI, Budha NSI), Jakarta Rescue, YEU, UNICEF, Plan Indonesia, Planas PRB, Ibu Profesional, dan PPSW.


Raditya Jati

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB


Penulis


BAGIKAN