Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Peningkatan Kapasitas Masyarakat, BNPB Gelar Geladi Peringatan Dini Banjir di Lamongan

Dilihat 114 kali
Peningkatan Kapasitas Masyarakat, BNPB Gelar Geladi Peringatan Dini Banjir di Lamongan

Foto : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar geladi peringatan dini banjir di Desa Bulutigo, Kecamatan Laren, Lamongan pada Kamis (9/12). (Direktorat Peringatan Dini)


JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar geladi peringatan dini banjir di Desa Bulutigo, Kecamatan Laren, Lamongan pada Kamis (9/12). Kegiatan ini merupakan salah satu penguatan kapasitas di level masyarakat yang digagas oleh Direktorat Peringatan Dini BNPB.

Penyelenggaraan Sistem Peringatan Dini berbasis masyarakat di Kabupaten Lamongan ini, bertujuan untuk mengintegrasikan dan menghasilkan kemampuan dari kapasitas individu maupun kelompok masyarakat terhadap risiko dan ancaman bencana. 

Kemampuan dimaksud, mencakup pemahaman dan tindakan respon atas informasi peringatan dini yang dikeluarkan. Selain itu, masyarakat juga dapat membantu menyebarluaskan kepada anggota lain yang berpotensi terdampak dan mampu bertindak dengan segera secara benar dan tepat, untuk menghindari dan mengurangi kemungkinan terjadinya korban jiwa maupun kerugian harta benda.

Sistem ini juga meningkatkan kapasitas Pusdalops BPBD dalam memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Sistem ini dirancang dengan dua metode, bisa manual oleh masyarakat maupun juga berdasarkan arahan Pusdalops. Disamping itu, dalam kegiatan ini juga dilakukan penguatan koordimasi informasi peringatan dini banjir antara Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), BPBD dan BMKG.

Kegiatan ini selain dilaksanakan di Kabupaten Lamongan, juga dilaksanakan di 6 Kabupaten lainnya di sepanjang kawasan Sungai Bengawan Solo yaitu Wonogiri, Magetan, Ngawi, Madiun, Bojonegoro dan Tuban. 

Pemilihan daerah dilakukan berdasarkan analisis kajian risiko bencana dan koordinasi dengan daerah. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan Program Prioritas Nasional Tahun 2021 dalam upaya membangun kesiapsiagaan di tengah masyarakat dengan semakin meningkatnya ancaman bencana hidrometereologi.

Ditambah lagi, BMKG memprediksi bahwa Tahun 2021/2022 sebagian wilayah Indonesia akan mengalami fenomena alam La Nina yang berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 - 70% di atas normalnya hingga bulan Februari 2022. 

Rangkaian kegiatan Sistem Peringatan Dini berbasis masyarakat terdiri dari survei awal kebutuhan alat peringatan dini, audiensi ke pemerintah daerah terkait dengan adanya pemasangan alat peringatan dini dan penguatan kapasitas masyarakat, sosialisasi terkait dengan peringatan dini desa setempat, pembentukan tim siaga, peningkatan kapasitas tim siaga desa, pembuatan prosedur tetap desa, penyusunan peta evakuasi desa, dan geladi yang merupakan acara puncak dari kegiatan ini.

Dalam hal ini, Direktorat Peringatan Dini BNPB juga tidak hanya melakukan kegiatan penguatan kapasitas di level masyarakat tetapi juga membentuk fasilitator daerah di BPBD kabupaten yang menjadi sasaran. Fasilitator daerah (Fasda) dibentuk agar BPBD kabupaten mempunyai sumber daya yang mumpuni jika kegiatan ini dilakukan lagi oleh daerah tersebut. Berbagi pengetahuan dilakukan oleh fasilitator nasional Direktorat Peringatan Dini BNPB dan Fasda dalam melakukan kegiatan peningkatan kapasitas tim siaga dan masyarakat.

Pelaksanaan geladi ini turut dihadiri oleh BPBD Kabupaten Lamongan, Muspika Kecamatan Laren, Muspika Kecamatan Maduran, BBWS Bengawan Solo, Dinas Kesehatan Lamongan, Tim Siaga Desa Bulutigo dan Desa Parengan serta warga masyarakat. Latihan geladi evakuasi dijalankan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam kondisi pandemi.


Geladi Peringatan Dini Banjir di Desa Tanjungsari Kabupaten Wonogiri

Kegiatan geladi peringatan dini ini juga dilgelar di Wonogiri. Desa Tanjungsari, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, hampir setiap tahun pada musim penghujan terjadi banjir. Sekalipun Kabupaten Wonogiri terletak di hulu Sungai Bengawan Solo, kejadian banjir tidak terhindarkan dari kawasan tersebut. Semakin rusaknya kawasan daerah aliran sungai (DAS) dan ancaman perubahan iklim menjadikan semakin besarnya bencana hidrometereologi terjadi di DAS Bengawan Solo. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri melaksanakan gladi untuk menguji sistem peringatan dini banjir yang dipasang di Masjid Baiturrahman, Desa Tanjungsari, pada Kamis (9/12). 

Geladi yang dilakukan pada pukul 10.00 WIB ini dihadiri oleh Direktur Peringatan Dini BNPB Afrial Rosya, Kepala Markas PMI Kabupaten Wonogiri Warjo, Kepala Puskesmas Kec tirtomoyo, Muspika (Camat, Danramil dan Kapolsek) Kecamatan Tirtomoyo, Sekretaris BPBD Kabupaten Wonogiri dan Fasilitator Direktorat Peringatan Dini BNPB. 

“Hari ini geladi serentak dilaksanakan di empat kabupaten, yaitu Kab. Wonogiri, Kab. Magetan, Kab. Tuban dan Kab. Lamongan. Kegiatan ini merupakan program prioritas nasional BNPB dengan memberikan penguatan perangkat peringatan dini berupa sirine dan penguatan respon masyarakat dalam menerima informasi peringatan dini”. ujar Direktur Peringatan Dini selaku pimpinan apel tim siaga Afrial Rosya

Selain itu Afrial juga menyampaikan, "Fokus dari gladi yang dilakukan bukan terfokus pada operasi darurat, namun  pada peringatan dini, untuk menguji kecepatan level peringatan yang disampaikan kepada masyarakat, oleh tim siaga melalui sirine peringatan dini yang dipasang," ujat Afrial.

"Masyarakat perlu memahami perbedaan bunyi sirine pada tiap level bahaya yang dibunyikan. Jangan sampai masyarakat salah mendengarkan, sehingga tidak melakukan aksi sedini mungkin," tandasnya.

Dalam membunyikan sirine, tim siaga Desa Tanjung Sari berpatokan pada parameter titik terendah di Desa yaitu Rumah Ibu Sutijem. Kriteria level waspada dibunyikan saat air meluap ke area persawahan, kemudian level siaga jika air sudah masuk sampai pekarangan rumah Ibu Sutijem (5-10 cm) dan level awas diaktivasi ketika air masuk ke rumah bu Sutijem dengan ketinggian setinggi betis (10-15 cm). Evakuasi warga dilakukan sedini mungkin dan aksi para tim siaga harus sangat cepat karena perubahan level diperkirakan setiap 10 menit. 

“Kondisi di lapangan itu sangat cepat berubah, jalur koordinasi perlu dipersingkat karena air cepat sekali naiknya dalam 10 menit sudah ganti status” ujar Sunardi, koordinator tim siaga saat menyampaikan evaluasi lebih lanjut terkait dengan pelaksanaan geladi. 

Saat evaluasi gladi dilakukan, Tim Siaga mengkritisi bahwa protap terlalu Panjang, padahal harus sesegera mungkin dilakukan peringatan dan keputusan evakuasi. Dalam melakukan peringatan dini dan keputusan evakuasi kepada masyarakat, Tim Siaga dapat mengaktivasi sirine dengan berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Wonogiri atau memencet tombol secara mandiri jika terjadi gagal komunikasi dengan BPBD. 

“Jadi ada dua model dalam mengaktivasi sirine. Yang pertama melalui pengendali jarak jauh dari Pusdalops BPBD Kabupaten Wonogiri dan yang kedua aktivasi dapat dilakukan melalui pengendali lokal yang berada di tower masjid Baiturrahman” Ujar Afrial.

Selain itu, tim siaga juga menyampaikan, bahwa ketika dilakukan latihan pra - gladi mereka merasa bahwa kegiatan dilakukan secara berurutan seperti ketika membaca teks. Tetapi ketika pelaksanaan ternyata dilakukan secara simultan tentunya ini membuat mereka tidak menyangka bahwa perlunya koordinasi untuk melihat aktivitas yang dilakukan oleh tim lainnya. Hal ini membuat kesan yang berbeda bahwa latihan sangat diperlukan untuk bisa membuat mereka menghafal dan memahami mekanisme di dalam protap yang menjadi kesepatan bersama.

Pada intinya dalam menciptakan sistem peringatan dini bencana banjir yang cepat dan efektif memerlukan koordinasi antar pihak baik yang baik, mulai dari BBWS Bengawan Solo, BMKG, PJT, Pusdalops BPBD Wonogiri dan Tim Siaga bencana. Peringatan dini mulai dari penyebaran informasi prakiraan curah hujan oleh BMKG, tinggi muka air oleh BBWS dan PJT, pengamatan langsung oleh tim siaga dan koordinasi komando oleh BPBD.

“Yang terpenting disini adalah koordinasi antar pihak dalam sistem peringatan dini, mulai dari analisis data dari BMKG, BBWS dan PJT oleh pusdalops BPBD kemudian pemantauan di lapangan dan aktivasi sirine yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak BPBD dan tim siaga bencana desa” Tutup Afrial.



Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB 

Penulis


BAGIKAN