Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Pembelajaran Bali: Dimensi Sosial dan Kebijakan Penanganan Pandemi Covid-19

Dilihat 80 kali
Pembelajaran Bali: Dimensi Sosial dan Kebijakan Penanganan Pandemi Covid-19

Foto : Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Dr. Herry Yogaswara, M.M., pada Talk Show Tim Intelejen Penanggulangan Bencana : Menilik Implikasi Kebijakan Publik terhadap Aspek Sosial Masyarakat dalam Penanggulangan COVID-19, Jumat (3/9) yang dilaksanakan secara virtual. (Youtube BNPB Indonesia)


JAKARTA – Pandemi Covid-19 masih berdampak pada berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Penanganan hingga saat ini telah memberikan banyak pembelajaran sehingga penanganan ke depan dapat lebih efektif. BNPB mengajak berbagai pihak untuk mendiskusikan konteks tersebut pada dimensi sosial dan kebijakan penanganannya di Indonesia.

Diskusi yang berlangsung secara virtual pada Jumat (3/9) menyoroti isu dimensi sosial dan kebijakan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Belajar dari penanganannya di Provinsi Bali, dinamika sosial dalam kegiatan keagamaan sempat menjadi permasalahan. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Drs. I Made Rentin, AP., M.Si. menyampaikan bahwa kegiatan kegiatan tersebut cenderung melibatkan banyak warga dan menimbulkan kerumunan, sebagai contoh upacara Ngaben. Ini sangat berpotensi menjadi klaster penularan di Bali.

Menyikapi potensi tersebut, Pemerintah Provinsi Bali melakukan pendekatan terhadap desa adat untuk mendukung penanganan di tingkat mikro, yaitu membentuk satuan tugas (satgas) berbasis desa. Upaya ini untuk merespons risiko penularan saat berlangsungnya kegiatan-kegiatan keagamaan, adat dan masyarakat lain. 

“Budaya tetap berjalan, tradisi lestari, tetapi kemudian bagaimana penyebaran Covid dapat dicegah, misalnya kegiatan maksimal 15 orang dan harus melakukan tes antigen,” ujar Kepala Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Dr. Herry Yogaswara, M.M., mengenai pembelajaran yang disampaikan BPBD Provinsi Bali. 

Pendekatan desa adat juga sangat membantu dalam mendukung program isolasi terpusat (isoter), sehingga kasus positif dapat turun secara signifikan. Isolasi mandiri dipandang tidak efektif dan memicu terjadinya penyebaran karena kondisi rumah yang tidak memadai untuk perawatan serta lemahnya pengawasan. 

Herry menambahkan, pembelajaran selanjutnya yaitu Pemerintah Bali melakukan pendekatan adat yang bersifat inklusif. Melalui pendekatan ini, desa adat membuka komunikasi berbagai masyarakat dengan latar belakang budaya berbeda sehingga ini mendorong terjadinya komando penanganan di tingkat mikro yang dapat diikuti semua pihak secara terpusat. 

Sementara itu, Pemerintah Bali juga melakukan pendekatan berbasis kearifan lokal pada kebijakan nasional terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro. Satgas Penanganan Covid-19 Bali menggandeng masyarakat adat untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, salah satunya dengan kehadiran pecalang atau polisi adat di tingkat mikro. 

Dalam mensosialisasikan kebijakan pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Bali melakukan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak atau pentaheliks. Hal tersebut sangat membantu dalam menjangkau warga masyarakat hingga tingkat mikro. 

Pembelajaran dari Bali ini merupakan salah satu topik diskusi yang diselenggarakan Tim Intelijen BNPB dengan menghadirkan narasumber dari BPBD Provinsi Bali, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Universitas Gadjah Mada dan Centre for Strategy and International Studies (CSIS).

Diskusi virtual mengenai topik tersebut dapat diakses melalui tautan berikut ini https://www.youtube.com/watch?v=MvPi1JLMGGU




Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Penulis


BAGIKAN