Pembekalan Fasilitator Sekolah Sungai
22 Agt 2016 16:20 WIB
Dilihat 324 kali
Foto : Pembekalan Fasilitator Sekolah Sungai ()
- YOGYAKARTA - Indonesia terus menghadapi risiko bencana dan perubahan iklim yang semakin meningkat, serta tantangan yang semakin besar dalam mengelola dan mengurangi risiko-risiko ini. Data antara tahun 2002-2015 menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencana dari tahun ke tahun selalu meningkat, dan hampir 80%-nya merupakan bencana hidro-meteorologis (terkait air dan cuaca) seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan, longsor dan gelombang pasang, yang juga berdampak pada kerusakan lingkungan.
Untuk mengurangi risiko bencana dan potensi kerugian ekonomi akibat bencana di masa yang akan datang, Indonesia perlu mempromosikan gerakan nasional pengurangan risiko bencana. Gerakan nasional pengurangan risiko bencana “Menuju Indonesia yang Tangguh, Berkelanjutan dan Sejahtera” akan menjadi bagian dari komitmen politik untuk melaksanakan revolusi karakter bangsa, yang salah satunya adalah dengan menciptakan budaya aman.
Upaya pelibatan seluruh bangsa dalam kampanye gerakan nasional diterjemahkan dalam tindakan kolektif melalui bentuk-bentuk tradisional kerjasama masyarakat seperti gotong royong. Gerakan pengurangan risiko bencana inilah yang merupakan revolusi mental penanggulangan bencana sesuai dengan Nawa Cita.
Untuk memperkuat dan mengembangkan gerakan pengurangan risiko bencana, saat ini BNPB bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan Komunitas sungai yang ada di Jogja dan Klaten telah membentuk sekolah sungai sebagai wadah untuk memberi pembekalan dan pengetahuan fasilitator daerah sebagai bagian dari pengkaderasian dan volunterism dalam memperkuat dan mengembangkan gerakan pengurangan risiko bencana; Pelaksanaan pembekalan fasilitator sekolah sungai telah dilaksanakan dua kali, yang pertama dilaksanakan pada tanggal 7 – 13 Agustus 2016, Sedangkan pelaksanaan yang kedua kali ini akan dilaksanakan 22 – 27 Agustus 2016 di Yogyakarta.
Peserta pembekalan fasilitator Sekolah sungai ke dua ini diikuti oleh 35 orang peserta yang berasal dari 11 daerah yakni Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Malang, Kota Manado, Kabupaten Parigi Mountong, Kabupaten Jember, Kabupaten Jombang dan Provinsi DKI Jakarta. Para narasumber/fasilitator/trainer pada pembekalan fasilitator sekolah sungai ini berasal dari akademisi, aktivis atau penggiat sungai maupun tokoh masyarakat yang selama ini aktif dalam pengelolaan sungai di Yogyakarta dan Klaten.
Hal menarik lain dari pelaksanaan sekolah sungai ini adalah pembelajaran yang dilakukan tidak hanya berupa materi paparan di dalam ruangan, tapi peserta juga mendapatkan pembelajaran langsung di lapangan dalam bentuk praktik baik yang telah dilaksanakan yaitu di komunitas code dan winongo.
Melalui pembekalan fasilitator sekolah sungai yang dilaksanakan ini, diharapkan para peserta dapat menularkan ilmu yang didapatkan dan dapat menginisiasi munculnya kader-kader, penggiat sungai pada komunitas sungai di daerahnya masing-masing, sehingga Gerakan pengurangan risiko bencana kedepan dapat dilaksanakan secara massive, dilaksanakan oleh semua pihak (Pemerintah, Masyarakat dan lembaga usaha) dan berkelanjutan serta dapat dikembangkan sehingga menjadi sebuah nilai budaya di masyarakat.
(Direktorat Pengurangan Risiko Bencana).
Penulis