Meningkatnya Aktivitas Merapi, BNPB Gelar Rakor Mitigasi Bencana Erupsi Merapi
04 Nov 2020 21:41 WIB
Foto : Direktur Mitigasi Bencana BNPB Johny Sumbung (dua dari kiri) Saat Membuka Rapat Kordinasi Mitigasi Bencana GunungApi Merapi (BNPB)
YOGYAKARTA -Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang semakin intensif membuat masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk waspada menghadapi potensi erupsi yang terjadi. Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTG) per tanggal 26 Oktober 2010, rata-rata gempa vulkanik dangkal sebanyak 6 kali per hari. Sedangkan gempa multiface sebanyak 83 kali per hari.
Menanggapi hal tersebut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Direktorat Mitigasi Bencana, mengadakan Rapat Koordinasi Mitigasi Bencana Gunungapi Merapi yang diikuti oleh perwakilan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jogjakarta, BPBD Prov. Jawa Tengah, BPBD Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Klaten, Magelang, dan Boyolali serta melibatkan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Yogyakarta.
Direktur Mitigasi Bencana BNPB Johny Sumbung dalam sambutannya menyampaikan bahwa pertemuan ini dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan masing-masing provinsi dan kabupaten dalam menghadapi potensi letusan gunungapi Merapi, dengan adanya rencana dan strategi diharapkan dapat meminimalisir terjadinya korban.
“Masing-masing wilayah yang memiliki potensi terdampak letusan gunungapi Merapi sesuai hasil kajian risiko bencana, harus sudah memiliki rencana dan strategi dalam menghadapi potensi yang ada. Pelibatan multipihak dibutuhkan guna memperkuat sumberdaya yang sudah ada dan sudah dipetakan. Sehingga target zero victim ketika bencana terjadi dapat tercapai,” ujar Johny di Yogyakarta, Rabu (4/11).
Selanjutnya ia menambahkan, kesiapsiagaan dan mitigasi bencana harus selalu ditingkatkan dan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak karena menjadi tanggung jawab bersama baik pemerintah pusat/daerah dan masyarakat.
“Kesiapsiagaan dan mitigasi bencana yang terus diperkuat sejak diumumkannya status normal menjadi waspada, membutuhkan dukungan semua pihak terutama pemerintah provinsi dan kabupaten/kota,” lanjutnya.
Dari pertemuan tersebut diketahui BPBD, dinas terkait dan masyarakat yang berada di lingkar Merapi, yakni Kabupaten Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang pada dasarnya kesiapsiagaan sudah terbentuk dan terus melakukan upaya antisipasi jika sewaktu-waktu status Gunug Merapi naik level dari waspada level II menjadi siaga level III dan awas level IV hingga erupsi.
Berbagai cara mitigasi bencana yang dilakukan seperti dengan adanya program desa bersaudara (sisters village) yang bertujuan untuk menjadi tempat pengungsian dan membantu evakuasi bagi desa terdampak disekitar Gunung Merapi. Selanjutnya masing-masing daerah sudah memiliki rencana kontinjensi, antara lain adalah skenario, tujuan, tindakan teknis, dan manajerial, serta pengerahan potensi sumber daya jika erupsi terjadi. Selain itu sering dilakukannya simulasi bagi masyarakat.
Meskipun kesiapsiagaan telah terbentuk, BNPB tetap mengimbau masyarakat agar waspada dan mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif. Masyarakat juga diharapkan untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak.
Dr. Raditya Jati
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB