Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Manfaatkan Air Hujan di Tengah Menguatnya Fenomena La Nina

Dilihat 60 kali
Manfaatkan Air Hujan di Tengah Menguatnya Fenomena La Nina

Foto : Indeks potensi fenomena La Nina di Indonesia. (BMKG)


JAKARTA – Masyarakat dapat memanfaatkan curah hujan ketika musim hujan sudah mulai turun di beberapa wilayah. Meskipun hujan berintensitas tinggi yang dipicu oleh fenomena La Nina mungkin berdampak buruk kepada kehidupan masyarakat, air hujan dapat dimanfaatkan untuk beberapa kebutuhan.

Pemanfaatan tersebut sudah lama dilakukan di tengah masyarakat dengan istilah panen hujan atau rainwater harvesting. Saat melakukan panen hujan dikenal dengan langkah TRAP atau tampung dan manfaatkan (T), resapkan ke tanah (R), alirkan ke drainase (A) dan pelihara masyarakat (P). Air hujan yang turun dapat ditampung sebagai cadangan air.

Pemanfaatan tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk konsumi rumah tangga tetapi juga kawasan Industri. Hal tersebut disampaikan Peneliti Universitas Gadja Mada Agus Maryono dalam diskusi virtual dalam konteks fenomena La Nina, pada Minggu (11/10). Air hujan dapat ditampung dan digunakan saat musim kemarau tiba. Air hujan bisa juga dialirkan ke sumur untuk menambah debit air tanah. Terkait dengan ketahanan pangan, air hujan dapat disulap menjadi pupuk dan pestisida alami. Agus menyampaikan, air hujan dapat dimanfaatkan dalam budidaya ikan.

Ia mengatakan, gerakan panen air hujan ini telah dilakukan berbagai komunitas di banyak wilayah seperti di Jawa, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Papua dan Sumatera. 

Menurut Agus, dengan gerakan ini bermanfaat untuk berbagai hal, banjir dan kekeringan berkurang, Kesehatan, pertanian dan perikanan meningkat, air tanah dan alam terjaga, lingkungan sehat dan masyarakat sejahtera. 

Indonesia sedang menghadapi fenomena La Nina yang berdampak pada intensitas curah hujan tinggi. Berdasarkan catatan historis Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sepanjang terjadinya fenomena tersebut, umumnya 40 persen curah hujan di atas normal. Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan, potensi cuaca ini harus diwaspadai secara dini. 

“Beberapa provinsi sudah memasuki musim hujan dan perlu diwaspadai hujan di atas normal meskipun tidak sama di setiap wilayah,” ujar Dwikorita, Minggu (11/10).

Lebih lanjut Dwikorita mengatakan bahwa dampak La Nina terhadap curah hujan di beberapa wilayah Indonesia beragam. Berdasarkan analisis cuaca, bulan Oktober dan November dampak fenomena ini di wilayah tengah dan timur. Sedangkan pada Desember, Januari dan Februari, dampak La Nina di wilayah tengah hingga utara Indonesia. 

Ia menyampaikan sekitar 27,5 persen wilayah diprakirakan akan mengalami hujan lebih basah dari normalnya. BMKG mengidentifikasi wilayah-wilayah pada kondisi tersebut antara lain Aceh bagian utara, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian Timur dan Selatan, Sumatera Barat bagian timur, sebagian Jambi, Sumatera Selatan bagian timur, Lampung, sebagian Jawa, Kalimantan bagian utara dan timur, Bali bagian barat, Sebagian Nusa Tenggara, Pesisir barat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Sulawesi barat bagian utara, Sulawesi Tengah bagian barat dan utara, Gorontalo, Sulawesi utara bagian utara, Pulau Taliabu – Maluku Utara dan Papua Barat bagian utara.

Sementara itu, prakiraan puncak musim hujan di beberapa wilayah Indonesia, antara lain Pulau Sumatera diprakirakan mulai dari November, Jawa, Bali, Nusa Tenggara umumnya pada Januari hingga Februari 2021, Kalimantan pada Desember hingga Januari 2021, Sulawesi mulai dari Januari dan April 2021 dan Maluku dan Papua mulai dari Januari dan Maret 2021. 

Menyikapi fenomena La Nina, Dwikorita merekomendasikan dua hal. “Optimalisasi tata Kelola air terintegrasi dari hulu hingga hilir,” ujarnya. 

Rekomendasi berikutnya yakni penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk mengantisipasi debit ar berlebih.

Dalam memonitor dan membangun kesiapsiagaan dini, setiap pihak dapat mengakses aplikasi Info BMKG yang dapat memonitor prakiraan cuaca hingga tingkat kecamatan. Ini sangat bermanfaat untuk mempersiapkan dalam mengantisipasi potensi ancaman bahaya hidrometeorologi serta mengurangi risikonya. 



Dr. Raditya Jati

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB

Penulis


BAGIKAN