Literasi Kebencanaan Melalui Seminar Internasional untuk Membangun Ketangguhan Hadapi Bencana
19 Okt 2021 14:40 WIB
Foto : Pembukaan Seminar Internasional Literasi Sejarah Kebencanaan di Hotel Amaris, Kota Ambon, Provinsi Maluku, Rabu (13/10). (Deni Kurniawan/Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana)
JAKARTA – BNPB terus berupaya untuk membangun ketangguhan masyarakat Indonesia dalam menghadapi setiap ancaman bahaya yang dapat berujung pada bencana. Ketangguhan ini diwujudkan dengan berbagai pendekatan, salah satunya peningkatan literasi kebencanaan melalui seminar internasional.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana menyelenggarakan seminar internasional dengan tema “Literasi Sejarah Kebencanaan sebagai Warisan Ketangguhan Masa Lalu, Kini dan Nanti.” Langkah tersebut merupakan upaya memperkuat tonggak pertama dalam membangun ketangguhan masyarakat Indonesia yang berbasis pada semangat kolaborasi yang inklusi dan terintegrasi.
Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari, yakni tanggal 13 dan 14 Oktober 2021 yang dilaksanakan secara luring di Hotel Amaris, Kota Ambon, Provinsi Maluku dan daring melalui ruang komunikasi digital ini juga sekaligus merupakan rangkaian peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2021 yang diselenggarakan oleh BNPB bersama BPBD Provinsi Maluku.
Pembukaan seminar juga bertepatan dengan hari peringatan bulan PRB pada 13 Oktober yang secara fisik dihadiri oleh Pemerintah Daerah Maluku dan Kota Ambon, tokoh agama, tokoh adat, perpustakaan Rumphius, Forum PRB, FPT PRB, media dan secara virtual melalui zoom yang dihadiri sekitar 433 peserta dari berbagai lapisan masyarakat. Seminar ini turut melibatkan pembicara nasional, akademisi, praktisi dan pembicara internasional.
Seminar dibuka oleh Staf Ahli Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Pemerintah Provinsi Maluku, Ir. Margaretha Samson, M.Tech. mewakili Gubernur Maluku yang menyampaikan asal muasal masyarakat mengenal sejarah bencana di Maluku, mulai dari bahaya Seram yang diceritakan secara turun temurun tentang jatuhnya Negeri Alpa Putih dan banjir Galala di tahun 1950.
“Di Maluku saat ini ada lagu Banjir Galala untuk mengingatkan kejadian tsunami di Desa Galala dan Hative Kecil pada tahun 1950. Lagu ini merupakan literasi bagi generasi muda kemudian secara rutin pada tanggal 8 Oktober Gereja Protestan Maluku Galala Hative Kecil selalu memperingati dalam ibadah Pengungkapan Syukur,” jelas Margaretha.
“Masyarakat Maluku modern hanya mengenal 2 kejadian bencana tersebut yang merupakan bencana telah terjadi di masa lalu yang dialami oleh nenek moyang. Bukti sejarah masa lalu yang tersisa yakni catatan Rumphius mengenai dahsyatnya gempa bumi dan tsunami pada tahun 1674 di utara Pulau Ambon,” tambahnya.
Margaretha juga berharap kegiatan seminar ini dapat menjadi momentum perkembangan literasi di bumi raja-raja yang kaya sumber daya alam namun memiliki potensi bencana yang beragam.
Di akhir sambutannya, Margaretha juga meminta dukungan pemerintah pusat, akademisi dan berbagai pihak dalam membangun ketangguhan Maluku sesuai dengan semboyan Bulan PRB 2021 “Batu Keku Raih Ketangguhan”.
Seminar ini diselenggarakan atas inisiasi BNPB bersama Perpusnas, ANRI, PVMBG-Badan Geologi, KKP, LIPI (BRIN), Universitas Syiah Kuala, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, FPT PRB, IABI, Manassa, U-Inspire Indonesia, CARI! Bencana, dan Amcolabora Institute.
Abdul Muhari, Ph.D.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB