LEWS Berbasis Masyarakat Cocok untuk Negara Berkembang
04 Des 2015 12:30 WIB
Dilihat 343 kali
Foto : LEWS Berbasis Masyarakat Cocok untuk Negara Berkembang ()
KUTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Standarisasi Nasional (BSN) bekerja keras untuk mengawal Landslide Early Warning System (LEWS) untuk mendapatkan standar internasional. Demikian pernyataan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati pada saat memberikan pernyataan mengenai LEWS di hadapan media pada Jumat siang (4/12) di Bali.
LEWS berbeda dengan sistem yang ada di negara maju. Sistem ini sangat cocok dan spesifik untuk negara berkembang. “Negara berkembang belum tentu sesuai (dengan standar negara maju), kondisi sosial-budaya berbeda sehingga dibutuhkan standar baru yang cocok”, kata Dwikorita. Karakteristik lain yaitu peringatan dini beda dengan negara yang maju. LEWS tidak hanya bermuatan sistem teknis, berupa instrumen tetapi juga terintegrasi dengan sistem sosial. Komponen masyarakat sebagai responden utama pada saat bencana yang terkoneksi ke organisasi yang lebih tinggi. Kekuatan tertinggi ada di masyarakat desa. “Ini belum ada di negara-negara lain. Organisasi ini organisasi yang sifatnya voluntir, misalnya satgas siaga bencana desa”, kata Dwikorita.
LEWS yang dikembangkan oleh UGM ini telah terbukti pada saat menghadapi ancaman bahaya yang berujung bencana. Kisah sukses sistem ini saat sirine yang berbunyi 5 jam sebelum terjadinya tanah longsor di Desa Neuhun, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh pada Sabtu lalu (28/11). 100 keluaga segera terselamatkan oleh tanah longsor dan banjir bandang saat itu.
Dwikorita menambahkan bahwa LEWS yang telah dimanfaatkan oleh negara berkembang, perusahaan dan pertambangan ini memiliki tujuh sistem yang mencakup antara lain sub-sistem kajian risiko, pembentukan organisasi siaga bencana, pembuatan peta berbasis masyarakat yang dilengakapi jalur evakuasi, Standard Operating Procedures, monitoring early warning seperti gladi evakuasi, pemasangan alat-alat, serta edukasi masyarakat.
Sementara itu, Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB Lilik Kurniawan mengatakan bahwa pengajuan proposal untuk standar internasional dalam konteks penanggulangan bencana di antara negara berkembang baru Indonesia. “Ini merupakan kemajuan dan kebanggan bagi kita bersama”, kata Lilik Kurniawan.
Dwikorita mengatakan bahwa UGM sangat berterima kasih kepada BNPB dan BSN karena telah mengawal hasil riset, sistem peringatan dini longsor.
Konferesi pers yang menghadirkan narasumber dari BNPB, BSN, dan UGM menjadi salah satu bagian dari kegiatan internasional 2nd Plenary Meeting ISO/TC 292 Security and Resilience. Dua puluh negara anggota ISO kelompok kerja hadir pada kegiatan yang berlangsung di Bali, 30 November – 5 Desember 2015. Pada akhir pertemuan, proposal LEWS berstandar internasional telah disetujui oleh sebagian besar negara untuk proses selanjutnya, dua hingga tiga tahun.
Penulis