Lebih Banyak Laki-Laki Kelompok Produktif Terinfeksi Positif COVID – 19 Dibandingkan Perempuan
28 Apr 2020 00:02 WIB
Foto : (Admin BNPB)
JAKARTA – Kelompok laki-laki lebih banyak terinfeksi positif COVID – 19 dibandingkan perempuan. Data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Ditjen P2P Kemenkes) per 23 April 2020 mencatat jumlah laki-laki positif virus Corona sebanyak 3.966 orang, sedangkan 2.489.
Dilihat dari kelompok umur, positif COVID – 19 menyasar usia 18 – 65 tahun. Jumlah laki-laki positif pada kelompok itu berjumlah 3.405 orang, sedangkan perempuan 2.352 orang. Berikutnya pada kelompok usia di atas 65 tahun. Kelompok usia tersebut tertinggi kedua di bawah kelompok usia 18 – 65 tahun. Data menyebutkan positif COVID – 19 pada kelompok usia di atas 65 tahun, laki-laki berjumlah 440 orang dan perempuan 291. Dilihat dari pasien positif COVID – 19, lebih banyak laki-laki terinfeksi dari setiap kelompok umur.
Ditjen P2P Kemenkes mengelompokkan umur pada rentang umur 0 – 4 tahun, 5 – 17, 18 – 65 dan di atas 65.
Sementara itu dilihat jumlah pasien sembuh, jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Masih pada data tersebut, pasien berjenis laki-laki sembuh berjumlah 518 orang, sedangkan perempuan 366. Apabila melihat jumlah pasien positif pada kelompok umur 18 – 65 tertinggi, rentang umur tersebut juga tinggi untuk pasien sembuh. Kelompok laki-laki sembuh pada kelompok umur 18 – 65 tahun berjumlah 459 orang, sedangkan perempuan 321.
Pada kasus meninggal dunia, jumlah pasien laki-laki 394 orang dan perempuan 176. Dilihat dari rentang umur, kelompok umur 18 – 65 tahun sama-sama tinggi. Pasien laki-laki yang meninggal pada kelompok ini berjumlah 285 orang, sedangkan perempuan 122. Pada rentang umur 0 – 4 tahun, jumlah pasien meninggal laki-laki dan perempuan sama, masing-masing 2 orang.
Melihat pasien dengan rentang umur 18 – 65 tahun pada kasus terinfeksi positif COVID – 19, ini menunjukkan pada kelompok produktif. Tidak hanya produktif, kelompok tersebut juga memiliki mobilisasi tinggi di masyarakat. Mobilitas ini dapat dihubungkan dengan faktor sosial-ekonomi. Di samping itu, kondisi tersebut dapat menjadi petunjuk terhadap efektivitas kebijakan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.
Sedangkan pada usia anak-anak, 0 – 4 tahun dan 5 – 17 tahun, terlihat kebijakan belajar di rumah sangat efektif untuk menekan penyebaran. Bisa jadi, kelompok umur tersebut terinfeksi positif dari kelompok usia dewasa. Meskipun PSBB diterapkan, potensi orang tanpa gejala atau OTG dapat berpotensi menularkan virus kepada anggota keluarga lain yang sudah menerapkan beraktivitas di rumah.
Agus Wibowo
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB