Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Kualitas Udara di Palangkaraya, Pekanbaru dan Pontianak Level Berbahaya

Dilihat 354 kali
Kualitas Udara di Palangkaraya, Pekanbaru dan Pontianak Level Berbahaya

Foto : Kualitas Udara di Palangkaraya, Pekanbaru dan Pontianak Level Berbahaya ()

JAKARTA - Berdasarkan laporan BMKG pada Sabtu (26/9) pukul 14.00 WIB, Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) di beberapa kota berada pada level Berbahaya, seperti Palangkaraya 1.912 gram/m3, Pekanbaru 401, Pontianak 602, Kampar 419, Bengkalis 429, dan Siak 527. Nilai ini jauh di atas ambang batas minimum level berbahaya yaitu 350. ISPU di Jambi tidak termonitor karena alatnya rusak. Sedangkan di Banjarbaru 66 dan Samarinda 98 atau level sedang. Kualitas udara tersebut berkorelasi dengan jarak pandang. Jarak pandang di Palangkaraya sejak tadi pagi hingga siang hanya 50-300 meter. Asap sangat pekat dan siang hari cuaca terlihat kuning kecoklatan. Jarak pandang di Pekanbaru 500 m, Kerinci 400 m, Jambi 300 m, Palembang 1.500 m, Pontianak 2.500 m, Sintang 400 m, dan Banjarmasin 8.000 m. Kualitas udara yang buruk demikian berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Penderita ISPA di Pekanbaru 34.846 jiwa, Jambi 31.191 jiwa, Sumatera Selatan 22.855 jiwa, Kalimantan Barat 21.130 jiwa, Kalimantan Tengah 4.121 jiwa sejak 3 hari yang lalu, dan Kalimantan Selatan 53.428 jiwa. Sementara itu, kualitas udara di Singapura sudah mulai membaik. Sepanjang hari pada Jumat (25/9) kualitas udara di Singapura pada level Sangat Tidak Sehat hingga Berbahaya yaitu 267-322 PSI. Singapura menggunakan ambang batas kualitas udara jika lebih dari 300 PSI (Particulate Standard Index). Pada Sabtu (26/9) pukul 15.00 WIB, kualitas udara berkisar 90-107 PSI atau moderate/sedang. Operasi darurat asap masih dilakukan, baik melalui udara, darat, penegakan hokum dan sosialiasi. Namun kebakaran masih terus berlangsung. Ada dua penyebab yaitu api lama yang sudah padam, menyala kembali karena ada di lahan gambut. Yang kedua adalah dibakar lagi. Berdasarkan laporan di lapangan maupun pantauan satelit terlihat bahwa titik-titik api ada di daerah baru maupun daerah lama. Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Penulis


BAGIKAN