Kerjasama Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah antara BNPB dan UGM
01 Jul 2016 09:25 WIB
Dilihat 338 kali
Foto : Kerjasama Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah antara BNPB dan UGM ()
YOGYAKARTA – Menurut UNISDR (2006) suatu sistem peringatan dini yang lengkap dan efektif terdiri atas empat unsur kunci yang saling terkait, mulai dari (1) pengetahuan tentang risiko, (2) pemantauan dan layanan peringatan, (3) penyebarluasan dan komunikasi, hingga (4) kemampuan merespons. Penerapan sistem peringatan dini yang berbasis masyarakat harus memperhatikan hubungan antar-ikatan yang kuat dan saluran komunikasi yang efektif di antara semua unsur tersebut. Tujuan dari pengembangan sistem peringatan dini yang terpusat pada masyarakat adalah untuk memberdayakan individu dan masyarakat yang terancam bahaya untuk bertindak dalam waktu yang cukup dan dengan cara-cara yang tepat untuk mengurangi kemungkinan terjadinya korban luka, hilangnya jiwa, serta rusaknya harta benda dan lingkungan.
Sepanjang tahun 2014-2015, Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Badan Nasional Penggulangan Bencana (BNPB) telah melaksanakan penerapan sistem peringatan dini bencana gerakan tanah di 13 propinsi di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi. Sebanyak total 39 sistem peringatan dini bencana gerakan tanah telah dipasang di 13 propinsi yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Sistem peringatan dini gerakan tanah yang diterapkan terdiri atas tujuh sub-sistem utama sebagai berikut, yang juga telah diusulkan menjadi SNI (Standar Nasional Indonesia): (1) penilaian risiko; (2) sosialiasi; (3) Pembentukan tim siaga bencana; (4) pembuatan panduan operasional evakuasi; (5) penyusunan prosedur tetap; (6) pemantauan, peringatan dini dan geladi evakuasi; (7) membangun komitmen otoritas lokal dan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan keseluruhan system peringatan dini gerakan tanah.
Dapat dicermati bahwa alat-alat deteksi dini hanya merupakan satu bagian dari sistem peringatan dini gerakan tanah dan sub sistem informasi, komunikasi dan koordinasi kesiapsiagaan yang sedang dibangun oleh BNPB menjalankan UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Hal yang lebih penting dan paling utama adalah terbangunnya kesiapsiagaan dan ketangguhan masyakarat dalam menghadapi bencana. Dengan demikian penerapan sistem ini merupakan pendukung terbentuknya Desa Tangguh yang merupakan cikal bakal terwujudnya ketangguhan bangsa.
Pada tanggal 19 Mei 2016, kembali diadakan penandatanganan kerjasama penerapan sistem peringatan dini bertempat di Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. BNPB diwakili oleh Ir. Medi Herlianto, CES.,MM., sebagai Direktur Kesiapsiagaan, dan Ibu Dra. Eny Supartini, M.M., sebagai PPK BNPB. Dari UGM diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni, Dr. Paripurna Sugarda. Penandatanganan ini disaksikan oleh PT. Gama Multi Usaha Mandiri (GMUM) dan Direktur Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional UGM.
Dalam sambutannya, Ir. Medi Herlianto, CES.,MM., menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini, BNPB berupaya menurunkan indeks risiko bencana Indonesia. Fokus penerapan sistem peringatan dini gerakan tanah pada tahun 2016 di 17 Kabupaten/Kota di Wilayah Timur Indonesia, meliputi propinsi NTT, NTB, Maluku, Papua, Papua Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Sistem ini juga akan dipasang di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jambi. BNPB berharap agar upaya ini juga diikuti oleh BPBD untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam rangka pengurangan risiko bencana di daerahnya. Untuk mendukung upaya ini, BNPB dan UGM mengadakan 2 acara sosialisasi penerapan sistem peringatan dini ini kepada BPBD-BPBD yang akan terlibat. Sosialisasi pertama telah diadakan di Kota Ambon pada tanggal 1 Juni 2016, dan sosialisasi kedua akan diadakan pada tanggal 7 Juni 2016 di Kampus UGM Yogyakarta.
Selanjutnya Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM juga menyampaikan ungkapan terima kasih atas dukungan dan kepercayaan BNPB terhadap penggunaan produk-produk riset di bidang kebencanaan. Diharapkan inovasi teknologi di bidang kebencanaan terus digalakkan dan dapat diaplikasikan di dalam dan luar negeri. UGM berencana akan membangun teaching industry yang mengintegrasikan inovasi teknologi hingga manufaktur yang dikaitkan dengan Sekolah Vokasi UGM.
Menilik sejarah terciptanya alat-alat deteksi dini gerakan tanah oleh UGM telah dimulai sejak tahun 2007-2008, dimana Bakornas-PB waktu itu (saat ini BNPB) dan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) ikut membidani lahirnya generasi pertama sistem peringatan dini sederhana buatan UGM yang dipasang di Kabupaten Banjarnegara, Situbondo dan Karanganyar. Sampai tahun 2015, Inovasi ini telah melahirkan 5 paten dimana sistem peringatan dini generasi ke-3 berupa alat-alat extensometer, tiltmeter, inclinometer, penakar hujan, ultrasonic sensor, IP Camera dan sistem telemetri telah dibangun oleh UGM dengan berbagai varian dan memiliki 95% komponen lokal.
(Direktorat Kesiapsiagaan).
(Direktorat Kesiapsiagaan).
Penulis