Indonesia Tunjukkan Kearifan Lokal Bali pada Upaya Pengurangan Risiko Bencana Saat GPDRR 2022
17 Mar 2022 10:18 WIB
Foto : Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto (kanan) bersama Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali I Made Rentin (tengah) dan Penanggungjawab Desa Wisata Penglipuran Nengah Monang (kiri) saat meninjau salah satu lokasi field visit GPDRR di Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Kamis (17/3). (Komunikasi Kebencanaan BNPB/Ranti Kartikaningrum)
BANGLI - Perhelatan Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR) ke-7 semakin dekat. BNPB terus menyempurnakan persiapan dalam menyambut para delegasi dari 193 negara dalam perhelatan tersebut, salah satunya menunjukkan kisah baik kearifan lokal dalam penanggulangan bencana.
Modalitas sosial berupa kearifan lokal ini merupakan cerita yang dapat dipelajari para delegasi dunia pada program kunjungan lapangan atau field visit pada Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Provinsi Bali pada 23 hingga 28 Mei 2022. Kearifan lokal ini merupakan bagian kehidupan masyarakat Bali yang juga dimanfaatkan sebagai upaya pengurangan risiko bencana (PRB).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan bahwa melalui field visit ini, para delegasi dapat melihat langsung bagaimana cara Indonesia dalam memperkuat PRB di tengah masyarakat.
“Selain memperoleh konsep tertulis dalam kegiatan konferensi dan diskusi, para delegasi dapat melihat secara langsung apa yang ditonjolkan Indonesia dalam upaya pengurangan risiko bencana bersama masyarakat,” ujar Suharyanto saat berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, Kamis (17/3).
Suharyanto juga menjelaskan bahwa melalui adanya Desa Wisata Penglipuran, para delegasi dapat melihat bahwa sejak dahulu Indonesia telah melakukan upaya pengurangan risiko bencana (PRB) melalui hidup yang harmonis dengan alam.
“Di sini merupakan salah satu contoh dari masyarakat Indonesia yang sejak dulu harmonis dengan alam dalam pembangunan dan tata ruang, serta tidak ingin merusak alam. Hal ini menjadi salah satu hal yang disepakati dalam pengurangan risiko bencana,” tutur Suharyanto.
Lebih lanjut, Suharyanto mengatakan, semoga dengan melihat salah satu desa ini, para delegasi dapat melihat Indonesia selain memiliki konsep internasional terkait PRB.
“Sejak jaman dahulu kita juga sudah memiliki upaya PRB yang harmonis dengan alam,” tambahnya.
Sementara itu, penanggung jawab Desa Wisata Penglipuran Nengah Monang turut menjelaskan upaya risiko bencana yang sesuai dengan ajaran agama yang dianut oleh agama Hindu.
“Kita turut mengambil filosofi Tri Hita Karana yang merupakan falsafah hidup harmonis dengan Tuhan, alam sekitar dan sesama manusia. Filosofi yang kami pegang dalam membangun desa ini turut menjadi upaya bersama dalam pengurangan risiko bencana, khususnya melestarikan alam,” jelas Nengah.
Kemudian Suharyanto turut mengungkapkan bahwa nilai gotong royong yang dilakukan masyarakat Desa Wisata Penglipuran dapat menjadi contoh dalam penguatan penanggulangan bencana.
“Tentunya kita melihat masyarakat desa ini sering berkumpul dan berdiskusi untuk menyatukan sikap terlebih tidak ada sekat, ada juga Hutan Bambu yang dimiliki masyarakat desa dan mereka sepakat untuk melestarikan dengan adanya peraturan untuk tidak dijual maupun ditanami tanaman lainnya,” ungkapnya.
“Inilah gotong royong yang harus kita tonjolkan kepada para delegasi bahwa gorong royong menjadi modal Indonesia dalam penguatan upaya PRB,” tutupnya.
Kunjungan ke Desa Penglipuran akan dijadwalkan pada 28 Mei 2022 mendatang. Fasilitas terkait mitigasi bencana seperti papan arah jalur evakuasi dan titik kumpul maupun protokol kesehatan telah dipersiapkan untuk menyambut kedatangan para delegasi.
Pada peninjauan tersebut Kepala BNPB didampingi Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali dan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bangli.
Abdul Muhari, Ph.D.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB