Hotspot Berkurang Tapi Jarak Pandang Tetap Buruk
18 Sep 2015 15:23 WIB
Dilihat 336 kali
Foto : Hotspot Berkurang Tapi Jarak Pandang Tetap Buruk ()
JAKARTA - Pembakaran hutan dan lahan masih berlangsung di Sumatera dan Kalimantan. Jumlah hotspot berkurang dibandingkan dengan seminggu terakhir. Satelit Terra Aqua mendeteksi 471 hotspot di Sumatera dan 398 hotpsot di Kalimantan pada Jumat (18/9). Hotspot di Sumatera tersebar di Jambi 166, Sumatera Selatan 148, Riau 116, Sumatera Barat 25, Bengkulu 10, Lampung 2, dan Sumatera Utara 4. Terpantau kebakaran besar terjadi di Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin Sumsel yang asap tebalnya menyebar ke Jambi dari Riau. Begitu pula kebakaran besar di Muaro Jambi memproduksi asap pekat. Akumulasi asap dari 3 provinsi yaitu di Sumatera Selatan, Jambi dan Riau menyebabkan jarak pandang terus memburuk. Jarak pandang di Pekanbaru 500 m, Dumai 300 m, Pelalawan 200 m, Jambi 200 m, dan Palembang 1 km. Kualitas udara rata-rata tidak sehat.
Hal yang sama juga terjadi di Kalimantan. Hostpot tersebar di Kalimantan Barat 33, Kalimantan Selatan 133, Kalimantan Tengah 190, Kalimantan Timur 42. Jarak pandang di Pontianak 400 m, Ketapang 500 m, Pangkalan Bun 700 m, Nanga Pinoh 200 m, Sampit 500 m, Palangkaraya 300 m, Muara Teweh 1.000 m, Sanggu-Buntok 100 m dan Banjarmasin 200 m. Kualitas udara rata-rata sedang hingga berbahaya.
Sebaran asap di Sumatera makin sempit, hanya di sebagian Sumsel, Jambi dan Riau. Asap sudah tidak menyebar hingga Selat Malaka, Malaysia, dan Singapura. Sedangkan di Kalimantan, asap menyebar hingga Serawak bagian barat. Hampir 80% wilayah Kalimantan tertutup asap. Sebagian sekolah masih banyak yang diliburkan seperti di Kalimantan Tengah, Riau, dan Jambi. Tiga provinsi telah menetapkan tanggap darurat yaitu Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, sedangkan Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan masih siaga darurat. Upaya pemadaman dan penegakan hukum terus dilakukan oleh ribuan aparat. Namun kebakaran masih berlangsung. Ada pembakaran baru, ada juga sisa kebakaran yang sebelumnya sudah padam namun terbakar kembali.
Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Penulis