Hingga Akhir Maret, Hujan Deras Masih Akibatkan Banjir Beberapa Wilayah
27 Mar 2021 21:01 WIB
Foto : (BPBD)
JAKARTA – Hujan intensitas tinggi jelang akhir Maret masih mengakibatkan banjir di beberapa wilayah, seperti Aceh Jaya, Pidie Jaya, Bandung, Sumedang, Nganjuk, Garut dan Banjar. Meskipun prediksi puncak musim hujan terjadi pada Februari, bencana hidrometeorologi masih mengancam.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan musim kemarau 2021 akan mulai terjadi pada April 2021, seperti beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali dan sebagian Jawa. Sedangkan, 27,5 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada Juni 2021, meliputi sebagian Sumatera, Jawa, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, sebagian kecil Maluku dan Papua.
“April sampai Mei 2021 merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (masa pancaroba) meski sejumlah daerah mulai memasuki musim kemarau namun tidak serentak,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang dikutip dari siaran pers, Kamis (25/3).
BMKG merilis bahwa hasil pemantauan terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih akan terus berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas terus melemah. Sementara itu, pemantauan kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD) diprediksi netral hingga September 2021.
Lebih lanjut BMKG mengingatkan bahwa April hingga Mei merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Catatan imbauan menyikapi prakiraan tersebut yaitu waspada terhadap potensi hujan lebat dengan durasi singkat, angin kencang, puting beliung maupun potensi hujan es yang biasa terjadi pada periode tersebut.
Bencana Hidrometeorologi Beberapa Tempat
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menerima laporan kejadian banjir melanda wilayah Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat pada Kamis (25/3). Banjir yang terjadi pada pukul 16.30 WIB menggenangi 9 desa di lima kecamatan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung mendapatkan laporan dari masyarakat bahwa curah hujan tinggi memicu aliran anak sungai yang mengairi sungai Citarum tidak mampu menampung debit air yang tinggi, hal ini menjadikan air meluap dan menggenangi ribuan rumah warga.
Menurut laporan BPBD Kabupaten Bandung terdapat total korban 17.107 KK (60.539 jiwa) terdampak, yaitu di Kecamatan Dayeuhkolot 5.761 KK (19.950 Jiwa), Bojongsoang 2.482 KK (7.070 Jiwa), Baleendah 8.624 KK (32.799 Jiwa), Rancaekek 240 KK (720 Jiwa).
Di sisi lain, total korban yang mengungsi sebanyak 13 KK (39 Jiwa), meliputi di Dayeuhkolot 9 KK (24 Jiwa) dan Baleendah 4 KK (15 Jiwa).
Sedangkan dampak lain yaitu banjir yang menggenangi rumah warga sebanyak 10. 572 unit di Kecamatan Dayeuhkolot 4.165 unit, 4.439 unit di Baleendah dan 1.968 unit di Bojongsoang.
Total fasilitas umum terendam yaitu sarana ibadah dan sekolah umum, seperti di Kecamatan Dayeuhkolot 8 unit sarana Ibadah dan 2 unit sekolah, di Kecamatan Baleendah 26 unit sekolah dan 38 unit sarana ibadah serta 7 titik jalan raya tergenang banjir.
Sementara itu, banjir di wilayah Provinsi Aceh teridentifikasi di Kabupaten Pidie Jaya dan Aceh Jaya. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, banjir pada Kamis (25/3), pukul 17.00 WIB ini, mengakibatkan kerugian. Banjir di wilayah Aceh Jaya belum surut dengan tinggi muka air saat banjir 20 – 50 cm. Sebanyak 86 KK atau 249 jiwa warga masih mengungsi.
Di samping banjir di beberapa wilayah, hujan deras memicu terjadinya banjir dan tanah longsor. BNPB mendapatkan informasi tanah longsor terjadi di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Insiden ini terjadi pada Kamis sore (25/3).
Berdasarkan data terbaru BPBD Kabupaten Ciamis melaporkan wilayah yang terdampak banjir da tanah longsor yaitu di Dusun Rancah, Desa Rancah, Kecamatan Rancah, Ciamis. Satu unit rumah rusak ringa dan satu lainnya rusak sedang. BPBD juga melaporkan bahwa dua unit rumah warga terancam longsoran. Pada insiden ini, satu warga dilaporkan mengalami luka ringan dan telah mendapatkan perawatan.
Menyikapi bencana hidrometeorologi yang masih terus terjadi, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga. Kesiapsiagaan di tingkat keluarga sangat dibutuhkan untuk mencegah dan menghindari jatuhnya korban jiwa, seperti berlindung di dalam bangunan kuat saat angin kencang terjadi, mematikan jaringan listrik rumah apabila ada tanda-tanda banjir maupun menyiapkan tas siaga bencana.
Dr. Raditya Jati
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB