Gempa Magnitudo 5,6 Guncang Sukabumi
28 Apr 2021 00:26 WIB
Foto : Gempabumi dengan Magnitudo (M) 5,6 terjadi di wilayah Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya pada Selasa (27/4) sore pukul 16.23 WIB. (BMKG)
JAKARTA - Gempabumi dengan Magnitudo (M) 5,6 dirasakan warga Sukabumi dan sekitarnya pada Selasa (27/4) sore pukul 16.23 WIB. Berdasarkan laman website Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di laut 103 km Tenggara Kabupaten Sukabumi, 104 km Barat Daya Kota Sukabumi, 118 km Barat Daya Kabupaten Bandung, dengan kedalaman 14 km.
Pusdalops BNPB menerima laporan dari beberapa BPBD terkait adanya gempa yang dirasakan di masing-masing daerah. BPBD Kabupaten Sukabumi melaporkan gempa dirasakan kuat selama kurang lebih 15 detik, sementara gempa sekitar 5 detik dirasakan warga di Kota Bogor dan Kabupaten Pangandaran. Namun di Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Bogor gempa dirasakan lemah oleh warga.
Sementara itu, BMKG mengidentifikasi peta guncangan dengan skala MMI, sebagai berikut: III MMI di Sukabumi, Rangkasbitung, Bayah, Cihara, Cilonggrang, Panggaarangan dan Bogor. Sementara II MMI dirasakan di Jakarta, Bandung dan Tangerang Selatan. Skala Mercalli atau MMI merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Parameter III MMI mendeskripsikan getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
Gempa yang sempat membuat panik warga tersebut telah dikonfirmasi oleh BMKG tidak berpotensi tsunami. Masyarakat diimbau tetap tenang namun selalu siap siaga terhadap gempabumi susulan yang mungkin terjadi.
Kondisi terakhir pasca gempa masyarakat sudah kembali kondusif dan belum ada laporan terkait dampak gempa.
Berdasarkan kajian InaRisk BNPB, wilayah Sukabumi memiliki bahaya gempabumi sedang hingga tinggi dengan luas risiko 271 ribu hektar atau sekitar 47 kecamatan terpapar risiko gempabumi.
BNPB mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan siap siaga terhadap potensi gempa bumi yang dapat terjadi waktu-waktu. Dalam konteks bahaya gempa bumi, dampak korban jiwa sering terjadi akibat reruntuhan bangunan. Masyarakat dapat mengakses InaRISK untuk mengidentifikasi potensi risiko di sekitar tempat tinggal.
Dr. Raditya Jati
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB