Erupsi Gunung Ili Lewotolok Paling Signifikan di Tahun 2020
30 Des 2020 14:36 WIB
Foto : Gunung Ili Lewotolok yang berada di Kabupaten Lembata, Provinsi NTT, yang dipantau dari pos pengamatan PVMBG pada Selasa (29/12). (PVMBG)
JAKARTA – Erupsi Gunung Ili Lewotolok yang berada di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, merupakan aktivitas vulkanik paling signifikan di tahun 2020. Letusan yang terjadi jelang akhir November 2020, pukul 06.00 waktu setempat itu, sempat memicu kepanikan warga lereng gunung.
Sepanjang November hingga Desember 2019 lalu, erupsi Gunung Ili Lewotolok yang terjadi bertipe vulcanian dan kemudian beralih ke tipe strombolian. Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Migitasi Gunungapi PVMBG Dr. Ir. Hendra Gunawan pada konferensi pers virtual kaleidoskop kebencanaan 2020, pada Selasa (29/12). Meskipun erupsi terjadi, tidak ada warga yang menjadi korban. Namun demikian, ribuan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Dalam menyikapi erupsi gunung berketinggian 1.319 m di atas permukaan laut, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan upaya intensif dengan penguatan pemantauan, survei lapangan terkait aktivitas vulkanik yang terjadi serta koordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
Hendra juga menyampaikan bahwa pihaknya melakukan evaluasi rekomendasi daerah bahaya. “Melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara langsung, wawancara dengan media serta siaran langsung diksusi di media, untuk menjelaskan aktivitas Gunung Ili Lewotolok terkini,” ujar Hendra pada Selasa (29/12).
Selain erupsi Gunung Ili Lewotolok, jelang akhir tahun ini aktivitas vulkanik beberapa gunung api memicu terjadinya pengungsian, seperti erupsi Gunung Merapi yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Semeru di Provinsi Jawa Timur.
Sementara itu, Hendra juga menyampaikan bahwa sebanyak 69 gunung api yang diamati dari 77 pos pengamatan berpeluang mengalami erupsi. Namun kondisi ini tidak dapat dipastikan waktu dan lokasi gunung apinya. Menurutnya, informasi area yang terancam bahaya dapat diidentifikasi dari peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) gunung api.
Saat ini pihaknya mengidentifikasi terdapat 127 gunung api aktif, dengan rincian 77 gunung api tipe A atau mengalami erupsi sejak 1600, 29 gunung api tipe B atau menunjukkan aktivitas vulkanik tetapi belum erupsi lagi sejak 1600 dan 21 gunung api tipe C atau tidak diketahui sejarah erupsi namun masih ada manifestasi permukaan khas gunung api.
Sedangkan aktivitas gunung api sepanjang 2020, Hendra mengatakan bahwa ada 20 gunung api dengan level aktivitas di atas normal. Berdasarkan lokasi, sebanyak 7 gunung api berada di Sumatera dan Jawa.
“Sebanyak 13 gunung api di Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara dan Maluku,” tambahnya.
Berdasarkan status, Hendra mengatakan, sebanyak 4 gunung api Level III atau ‘Siaga’ (Sinabung, Merapi, Ili Lewotolok, Karangetang) dan 16 gunung api Level II atau ‘Waspada’ (Marapi, Kerinci, Anak Krakatau, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani, Sangeangapi, Rokatenda, Banda Api, Gamalama, Gamkonora, Dukono, Ibu, Lokon, Soputan) dan 9 dari 20 gunung api ini di antaranya mengalami erupsi.
Menyikapi potensi bahaya erupsi di tahun 2021, PVMBG tetap melakukan berbagai upaya-upaya di antaranya penyelidikan atau penelitian gunung api, pemetaan geologi gunung api, pemetaan KRB, peringatan dini bahaya gunung api, instalasi peralatan dan penyelidikan pascaletusan, semburan lumpur, gas dan air panas.
Dr. Raditya Jati
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB