Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Duta Kurangi Risiko Bencana, Kolaborasi Indonesia dan FIlipina Wujudkan Resiliensi Kawasan Regional Hadapi Bahaya Hidrometeorologi

Dilihat 72 kali
Duta Kurangi Risiko Bencana, Kolaborasi Indonesia dan FIlipina Wujudkan Resiliensi Kawasan Regional Hadapi Bahaya Hidrometeorologi

Foto : Duta KRB menggunakan fitur pelaporan pada PetaBencana.id guna membangun pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat guna meningkatkan kesadaran bencana dan melibatkan komunitas mereka masing-masing. (Istimewa)


JAKARTA – Indonesia dan sebagian besar kawasan regional Asia Tenggara berpeluang terjadinya peningkatan curah hujan di atas normal pada beberapa bulan mendatang. Fenomena yang dapat berujung bencana hidrometeorologi ini mendorong kesiapsiagaan bersama untuk mewujudkan resiliensi Kawasan, salah satunya kolaborasi Indonesia dan Filipina melalui Duta Kurangi Risiko Bencana. 

Duta Kurangi Risiko Bencana (DKRB) merupakan suatu program yang digagas Yayasan Peta Bencana mendapatkan dukungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Office for Civil Defense (OCD) Filipina serta Bureau for Humanitarian Assistance USAID untuk menjaring kelompok muda dalam gerakan pengurangan risiko bencana (PRB). Program tersebut bertujuan untuk memperkuat kesiapsiagaan di kawasan regional, khususnya Indonesia dan Filipina. 

Program yang menjangkau para pemimpin muda ini akan mengajak semua pihak, terutama di keluarga dan komunitas sekitar untuk berperan dalam PRB. Para pemimpin muda yang terseleksi terlebih dahulu akan mendapatkan pelatihan intensif melalui daring sebelum terjun mengajak berbagai pihak terlibat aktif dalam PRB. Solidaritas dan komitmen mereka secara daring untuk mengurangi risiko bencana disosialisasikan dengan tagar #Youth4GotongRoyong #Youth4Bayanihan.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Dr. Raditya Jati, S.Si., M.Si. mengapresiasi partisipasi peran serta dan inisiatif pemuda dalam pengurangan risiko bencana. Ia mengatakan, kegiatan ini sangat baik untuk menggerakkan partisipasi kaum muda dalam membangun kesiapsiagaan dan pencegahan sehingga warga masyarakat dapat terhindar dari bahaya.

“Duta Kurangi Risiko Bencana Peta Bencana sejalan dengan visi BNPB dan Indonesia 2045. Ketahanan Bencana secara nasional bergantung pada keterlibatan pemuda dalam sistem kedaruratan bencana yang efektif dan efisien,” tutur Raditya, Sabtu (18/9).

Raditya juga berpesan kepada kaum muda untuk menunjukkan partisipasi aktifnya dalam kepemimpinan pada hari ini dan masa depan. 

Pada kesempatan yang sama, Direktur Yayasan Peta Bencana Nashin Mahtani mengatakan melalui pemberdayaan para pemimpin pemuda dapat mendukung keaktifan masyarakat dalam penanggulangan bencana.

“Dalam membangun gotong royong dan bayanihan (sebutan untuk gotong-royong di FIlipina) generasi berikutnya, sangat penting untuk memberdayakan para pemimpin pemuda dengan alat, lembaga dan dukungan yang akan memungkinkan masyarakat untuk mengatur diri mereka sendiri, berpartisipasi lebih setara dalam pengambilan keputusan selama keadaan darurat bencana dan beradaptasi dengan situasi yang semakin ekstrem,” ungkap Nashin.

"Dengan membagikan laporan bencana secara real-time melalui PetaBencana.id dan MapaKalamidad.ph, para duta muda akan terus saling membantu tetangga, instansi darurat dan first responder dalam merespons situasi darurat dengan lebih baik,” lanjutnya. 

Mitigasi risiko bencana harus melibatkan seluruh warga, program duta muda berkomitmen untuk memperkuat agen pemuda di seluruh wilayah sehingga mereka dapat berpartisipasi secara setara dalam upaya pemulihan bencana dan membuat keputusan yang tepat dan aman untuk diri mereka sendiri dan komunitas mereka selama keadaan darurat. 

Setengah dari populasi dunia adalah pemuda di bawah usia 30 tahun, dan mereka sering kali menjadi yang pertama dan paling terpengaruh ketika bencana terkait cuaca menyerang. Menurut laporan bencana dunia 2020, Indonesia dan Filipina termasuk negara yang paling rentan terhadap bencana terkait cuaca dan tidak dapat dihindari bahwa negara-negara tersebut akan terus mengalami peningkatan cuaca ekstrem. 

Untuk mengatasi peningkatan frekuensi dan keparahan peristiwa yang berhubungan dengan cuaca, para ahli menekankan perlunya memfokuskan upaya pada adaptasi, meminimalkan keterpaparan dan kerentanan dengan meningkatkan kapasitas penduduk untuk merespons guncangan, yang tentu saja harus mencakup kelompok yang paling rentan.

Sebagai bagian dari program USAID CogniCity Open Source Software untuk Next Generation Disaster Risk Reduction (DRR), program DKRB akan memberikan pelatihan dan dukungan kepada pemuda untuk menjadi “informan pertama” dengan PetaBencana.id dan MapaKalamidad.ph. 

Hal ini sejalan dengan kaum muda sebagai pengguna media sosial aktif sehingga partisipasi mereka dapat bermanfaat dalam situasi darurat atau pun pemulihan pascabencana. 

Peningkatan kapasitas para DKRB juga didukung dengan beragam kegiatan seperti kampanye bulanan, podcast, dan webinar pengembangan keterampilan dengan melibatkan para pakar dari berbagai latar belakang, seperti pemerintah, bisnis, akademisi, seniman, ilmuwan, dan kelompok masyarakat guna memperkuat kapasitas pemuda untuk menjadi pemimpin aktif dan penggerak transformasi di komunitas mereka melalui pendekatan multi-dimensi, multi-sektoral, dan multi-disiplin.

Peluncuran dibuka oleh Deputi Sistem dan Strategi BNPB, Wakil Menteri OCD Ricardo B. Jalad, Penasihat Regional BHA USAID Harlan Hale, Direktur Yayasan Peta Bencana Nashin Mahtani serta ratusan pemuda dari berbagai organisasi masyarakat di Indonesia dan Filipina. Pembukaan dilakukan secara virtual atau dalam jaringan (daring) pada hari ini, Sabtu (18/9).

PetaBencana.id yang digunakan di Indonesia dan MapaKalamidad.ph di Filipina merupakan platform berbagi informasi bencana secara real-time yang dijalankan oleh Yayasan Peta Bencana. Melalui online dan pemanfaatan media sosial, masyarakat dapat berpartisipasi untuk mengumpulkan informasi potensi bahaya maupun bencana dari lapangan sehingga informasi tersebut dapat bermanfaat kepada warga masyarakat lainnya. 

Platform ini juga dilengkapi ‘chatbot pintar’ yang otomatis akan merespons kiriman informasi bencana di media sosial dan meminta pengunggahnya untuk mengkonfirmasi situasi mereka. Pengunggah akan dipandu dalam format untuk pengiriman laporan bencana. Laporan-laporan ini digunakan untuk memetakan bencana secara real-time di situs yang dapat diakses secara bebas sehingga siapa pun dapat memahami kondisi yang berubah dengan cepat di wilayah terdampak bencana. 

Beroperasi sejak 2013 di Indonesia dan 2019 di Filipina, platform ini menyediakan komunikasi transparan antara masyarakat dan lembaga pemerintah, dan telah digunakan oleh jutaan pengguna tetap, manajer darurat, dan responden pertama untuk membuat keputusan penting tentang keselamatan dan navigasi selama bencana.

Setiap penduduk di Indonesia dapat menyampaikan laporan bencana secara anonim dengan melakukan tweet @petabencana, mengirim pesan Facebook ke @petabencana, atau mengirim pesan telegram ke @bencanabot, dan memeriksa https://petabencana.id untuk pembaharuan bencana secara real-time untuk dapat bernavigasi dengan aman.



Abdul Muhari, Ph.D. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB 

Penulis


BAGIKAN