Dokumentasi Sebagai Monumen dan Cerminan Anak-Cucu Belajar Kebencanaan
11 Mar 2021 01:31 WIB
Foto : Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan pentingnya dokumentasi kebencanaan. Menurutnya, dokumentasi ini dapat bermanfaat kepada generasi dari masa ke masa. (Komunikasi Kebencanaan/Apri Setiawan)
JAKARTA – Potensi bahaya yang dapat berujung bencana di wilayah nusantara merupakan suatu keniscayaan. Kondisi ini tidak terlepas dari kenyataan geografis dan geologis serta posisi Indonesia yang berada pada garis ekuator bumi.
Peristiwa yang berpotensi bencana perlu disikapi oleh setiap warga negara. Pada konteks ini, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan pentingnya dokumentasi kebencanaan. Menurutnya, dokumentasi ini dapat bermanfaat kepada generasi dari masa ke masa.
Ia mencontohkan saat berkunjung ke Universitas Southampton di Inggris, “Setelah kejadian bencana, mereka telah mendesain apa yang dapat digali untuk menjadi pembelajaran sebagai sebuah legacy atau monumen dari peristiwa yang mengguncangkan.”
Muhadjir mengatakan bahwa kita belum memiliki catatan-catatan sejarah yang cukup memadahi tentang nenek moyang dulu dalam menghadapi dan menanggulangi bencana.
“Kecuali ada bentuk peninggalan, yang berupa kearifan lokal bangunan atau tata cara hidup yang menggambarkan nenek moyang kita merespons bencana di tempatnya masing-masing,” ujar Muhadjir pada penutupan Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) 2021 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (10/3).
Pada kesempatan itu, ia berpesan kepada BNPB dan BPBD memulai untuk memikirkan, merestorasi dan merekonstruksi sejarah bagaimana nenek moyang merespons berbagai bencana di Indonesia. Upaya ini belum dilakukan dan akan menjadi suatu pekerjaan yang besar. Langkah ini akan menjadi sebuah nilai besar yang tak terhitung nilainya.
“Sudah waktunya mendokumentasikan 13 tahun kiprah BNPB untuk monumen dan cerminan agar anak-cucu dapat belajar merespons aneka bencana itu,” ujarnya.
Ia menambahkan, dokumentasi ini dapat memuat berbagai pengalaman ketangguhan dari waktu ke waktu. Pengalaman tersebut dapat menjadi knowledge sharing penanggulangan bencana.
Sebelum menutup Rakornas PB 2021, BNPB memberikan penghargaan kepada individu maupun lembaga sebagai bagian dari pentaheliks penanggulangan bencana. Sebanyak 22 individu dan lembaga yang mewakili 268 penerima penghargaan hadir secara fisik di Graha BNPB, Jakarta.
Perwakilan masyarakat yang hadir secara fisik mewakili individu lainnya antara lain Ahmad L. Maliki, penggiat terumbu karang di Kota Palu, Dede Nurjaman, pemulasara jenazah Covid-19 dan Sri Mulyati, pengemudi ambulans Covid-19. Penghargaan diberikan secara langsung oleh Kepala BNPB Doni Monardo. Penerima penghargaan berasal dari unsur pemerintah, pakar dan akademisi, masyarakat, lembaga usaha dan media massa.
Dr. Raditya Jati
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB