Curah Hujan Tinggi, Kabupaten Cilacap Dilanda Kejadian Bencana Hidrometeorologi Bertubi-tubi
21 Apr 2022 23:55 WIB
Foto : Tim BPBD Kabupaten Cilacap bersama TNI melakukan kaji cepat bencana tanah longsor di Desa Palugon, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (21/4). (BPBD Kabupaten Cilacap)
JAKARTA - Wilayah Kabupaten Cilacap bagian barat, khususnya Kecamatan Cimanggu, Kecamatan Majenang dan Kecamatan Wanareja dilanda kejadian bencana hidrometeorologi hingga bertubi-tubi dalam tiga pekan terakhir. Hasil rangkuman kaji cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap,
kejadian bencana hidrometeorologi yang mencakup banjir, banjir bandang dan tanah longsor dilaporkan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) BPBD Kecamatan Majenang sejak Kamis (31/3) hingga Rabu (20/4).
Sebagai laporan pertama, banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik wilayah Desa Kutabima, Rabu (31/3), yang didahului oleh tingginya intensitas hujan dan disertai kondisi tanah yang labil. Jalan utama desa sempat lumpuh total akibat tertutup material lumpur. Peristiwa itu juga menyebabkan 18 hewan ternak mati dan kurang lebih 100 warga terpaksa mengungsi karena rumah mereka terdampak. Data terakhir menyatakan bahwa kejadian bencana itu telah berdampak pada 215 jiwa dari 72 KK.
Melalui laporan visual didapatkan gambaran yang menunjukkan beberapa tebing mengalami longsor hingga berdampak ke areal persawahan dan jalan utama desa. Sisa material seperti lumpur, sampah dan potongan kayu juga terlihat di bantaran aliran sungai yang melintasi Desa Kutabima.
Sebagai respon cepat, Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Cilacap Drs. Wijonardi, M.M., telah turun ke lapangan dan mengumpulkan beberapa pemangku kebijakan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, mulai dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citandui, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, unsur TNI, Polri, pihak pemerintah kecamatan dan desa serta relawan dibantu masyarakat untuk segera bersama-sama mengambil upaya percepatan penanganan bencana.
“Kami telah kumpulkan tim untuk koordinasi percepatan penanganan banjir dan tanah longsor ini,” jelas Wijonardo, Jumat (1/4).
Dalam operasi itu, penyelamatan masyarakat terdampak menjadi prioritas utama. Dalam waktu tak kurang dari 24 jam, tim OPD terkait telah mendirikan dapur umum, posko kesehatan dan tempat pengungsian sementara di SD Negeri 4 Kutabima. Sebagai upaya pemulihan awal, tim gabungan telah berhasil membuka akses jalan utama desa yang tertutup material lumpur menggunakan dua alat berat jenis eskavator milik Dinas PUPR dan BBWS Citanduy.
Di sisi lain, beberapa titik lokasi longsor dan rawan longsor telah ditutup dengan turap dari bronjong kawat berisi batu dan kantong berisi tanah oleh Dinas PUPR setempat dan BPBD Kabupaten Cilacap. Pada proses pengerjaannya, tim dibantu oleh warga sekitar secara bergotong-royong dengan TNI, Polri dan relawan.
Genap pada hari ke-20 pascakejadian banjir dan tanah longsor di Desa Kutabima, pihak BPBD Kabupaten Cilacap menyatakan bahwa penanganan bencana akan memasuki masa transisi menuju pemulihan, yang mana masyarakat sudah dapat kembali ke rumah masing-masing dan perbaikan jalan telah selesai dilakukan.
“Akan menuju transisi menuju pemuilihan dan pengungsi yang tersisa akan direncanakan untuk bisa kembali ke rumah masing-masing,” jelas Wijonardi.
Longsor di Karangsari
Selang 16 hari paskakejadian longsor di Desa Kutabima, peristiwa serupa terjadi di Desa Karangsari, Kecamatan Cimanggu. Kronologinya masih sama, yakni didahului hujan dengan intensitas tinggi pada Sabtu (16/4) sejak pukul 16.00 sampai dengan 18.30 WIB, yang diperburuk dengan kontur tanah yang labil.
Dari hasil kaji cepat, tidak ada korban jiwa maupun warga terdampak. Namun, kejadian itu menyebabkan tebing jalan ambruk dan badan jalan amblas hingga 60 persen sepanjang 5-7 meter dengan kedalaman 5 meter, sehingga mustahil untuk dilalui kendaraan roda empat dari arah Dusun Kubang menuju Dusun Cigintung atau sebaliknya.
Atas peristiwa itu, Kalaksa BPBD Kabupaten Cilacap Drs. Wijonardi, M.M., bersama tim kembali turun ke lokasi untuk monitoring dan mengambil kebijakan yang dianggap perlu dalam kaitan percepatan penanganan kejadian longsor, sebagaimana seperti yang telah dilakukan sebelumnya di Desa Kutabima.
Pada kesempatan itu, Wijonardi juga mewanti-wanti warga desa setempat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi longsor susulan yang bisa saja terjadi. Di sisi lain, Wijonardi juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak memanfaatkan areal yang rawan longsor sebagai lahan persawahan maupun kolam ikan. Dia meminta agar warga setempat menanam jenis pohon yang kuat dan produktif serta bernilai ekonomis.
“Ini bisa saja terjadi lagi. Kita harus antisipasi dan selalu waspada, khususnya apabila terjadi hujan lebih dari satu jam,” jelas Wijonardi.
“Kita juga harus ganti dengan tanaman kuat. Jangan sawah atau kolam ikan,” imbuhnya.
Tiga Sungai Meluap, Lima Desa Kebanjiran
Hujan dengan intensitas tinggi belum beranjak dari wilayah barat Kabupaten Cilacap hingga Rabu (20/4). Hal itu kemudian memicu terjadinya luapan tiga sungai, yakni Sungai Cigugeumuh, Sungai Cijalu dan Sungai Cilaca, setelah tidak mampu menampung debit air dari hujan.
Berdasarkan kaji cepat UPTD BPBD Kecamatan Majenang, Sungai Cigugeumuh yang meluap telah merendam permukiman warga Desa Salebu di Kecamatan Majenang, dengan Tinggi Muka Air (TMA) 10-100 sentimeter. Tidak ada korban dalam peristiwa itu, warga yang terdampak masih dalam proses pendataan.
Limpahan aliran Sungai Cigugeumuh yang menuju ke barat, ditambah luapan Sungai Cilaca setelah hujan lebat juga memicu terjadinya banjir di permukiman warga dan pasar Karanggendot, Desa Limbangan di Kecamatan Wanareja. Sedikitnya 75 rumah yang ditinggali 110 jiwa dari 95 KK terendam dengan TMA 30 sentimeter.
Di samping itu, dinding penahan limpasan air bantaran Sungai Cilaca mengalami roboh sepanjang 20 meter dengan tinggi 1 meter setelah tergerus derasnya aliran air. Estimasi kerugian yang ditimbulkan atas kerusakan dinding penahan itu diperkirakan mencapai 9 juta rupiah.
Banjir dengan TMA 10-100 sentimeter juga merendam permukiman warga Desa Mulyadadi, Kecamatan Majenang. Peristiwa itu terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah hulu Sungai Cijalu di Desa Salebu yang berada di bagian atas pegunungan.
Debit air yang terus bertambah oleh hujan tersebut kemudian menyebabkan tanggul sungai jebol di dua titik sekaligus, sehingga limpahan air sungai kemudian mengepung permukiman warga. Hasil kaji cepat sementara, banjir di Desa Mulyadadi telah berdampak pada 660 jiwa dari 220 KK.
Tanah Longsor Lagi
Peristiwa tanah longsor kembali terjadi dan kali ini melanda Desa Boja, Kecamatan Majenang. Peristiwa itu bermula ketika sebelumnya terjadi hujan deras pada Rabu (20/4) sejak pukul 16.00 sampai 00.00 WIB. Atas kejadian tersebut, dinding rumah warga terdampak longsor sehingga menyebabkan kerusakan dengan tinggi 8 meter dan lebar 15 meter.
Di samping itu, tim kaji cepat dari UPTD BPBD Kecamatan Majenang juga menemukan adanya mahkota retakan di bagian atas tebing dengan panjang 15 meter, lebar 1 meter dan kedalaman 2-3 meter. Dari hasil temuan itu, kondisi kontur tanah dan rekahan dinyatakan sangat kritis dan berpotensi terjadi longsor susulan yang dapat mengancam enam rumah warga sekitar yang ditinggali oleh 26 jiwa dari 7 KK.
Kejadian tanah longsor yang serupa juga dilaporkan dari Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang. Hujan lebat yang terjadi cukup lama menyebabkan tanah menjadi gembur dan disusul longsoran yang menimpa pada bagian dapur rumah warga. Kendati dikategorikan rusak ringan, namun kondisi itu juga dinilai rawan dan berpotensi terjadi longsor susulan sehingga mengancam keselamatan warga yang tinggal di rumah tersebut.
Selanjutnya, tebing setinggi 8 meter dan panjang 4 meter longsor menimpa bagian dapur dan kamar mandi milik seorang warga Desa Palugon, Kecamatan Wanareja, Rabu (20/4). Selain itu, material longsor juga menimpa kandang ayam dan kolam ikan. Adapun turap penahan tebing jalan dengan tinggi 4 meter sepanjang 10 meter ambruk dan menimpa balai RT. Beruntung tidak ada korban jiwa atas kejadian tersebut, namun total kerugian atas peristiwa tersebut kurang lebih mencapai 25 juta rupiah.
Wilayah barat Kabupaten Cilacap yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat memiliki topografi perbukitan dan lebah sungai dengan beberapa jurang yang memiliki potensi risiko bencana banjir, banjir bandang dan tanah longsor sedang hingga tinggi, sebagaimana menurut kajian InaRisk BNPB.
Sebagai antisipasi adanya potensi risiko tersebut, maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau kepada seluruh unsur pemangku kebijakan di daerah bersama masyarakat agar melakukan upaya kesiapsiagaan seperti pemantauan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), pembersihan sampah maupun material lain yang dapat menyumbat aliran air, monitoring kondisi tanggul, jalan dan jembatan hingga pemantauan debit air saat terjadi hujan lebat disarankan perlu dilakukan secara berkala.
Apabila terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang berlangsung secara menerus selama lebih dari 1 jam, maka masyarakat di sekitar lereng tebing dan di dekat sungai diminta untuk waspada dan mengungsi ke lokasi yang lebih aman jika diperlukan.
Abdul Muhari, Ph.D.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB