BNPB Sosialisasikan IDRIP Kesiapsiagaan dan Resiliensi Masyarakat
17 Des 2022 14:34 WIB
Foto : Sekretaris Utama BNPB Dr. Lilik Kurniawan membuka sosialisasi IDRIP di hadapan perwakilan BPBD tingkat provinsi, kabupaten dan kota terpilih, yang berlangsung di Kota Yogyakarta, D.I. Yogyakarta, pada Jumat malam (16/12). (Theophilus Yanuarto)
YOGYAKARTA – BNPB
menyosialisasikan Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project atau IDRIP
di hadapan perwakilan sejumlah pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten
dan kota. Kegiatan tersebut akan berlangsung selama tiga hari, 16 – 18 Desember
2022, di Yogyakarta dan Pacitan.
Sekretaris Utama Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Dr. Lilik Kurniawan mengatakan, sosialisasi IDRIP
ini bertujuan untuk memberikan penjelasan dan pendampingan kepada pemerintah
daerah. Ini menjadi bekal untuk menyusun program kesiapsiagaan daerah dan
memperkuat resiliensi masyarakat, khususnya dalam menghadapi bencana gempa bumi
dan tsunami.
“Saya berharap dalam sosialisasi
ini kita memiliki pemahaman yang sama dan ada yang kita siapkan dalam
penyusunan program kesiapsiagaan,” lanjut Lilik dalam pembukaan sosisalisasi
IDRIP di Yogyakarta, Jumat (16/12).
Lilik juga berpesan setelah
kegiatan sosialisasi ini, para peserta perwakilan dari pemerintah daerah
terpilih di tingkat provinsi, kabupaten dan kota dapat menyiapkan dan
melaksanakan program yang akan disusun di masing-masing daerah.
Pada kesempatan itu, Sekretaris
Utama BNPB menjelaskan tiga komponen utama IDRIP dalam konteks kesiapsiagaan
gempa bumi dan tsunami. Komponen pertama, yaitu peningkatan tata kelola risiko
bencana dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Selanjutnya, perluasan jaringan,
penguatan sistem monitoring dan pengingkatan kualitas layanan informasi terkait
ancaman geofisika. Ini merupakan komponen kedua, ujar Sekretaris Utama BNPB.
“Komponen ketiga, yaitu dukungan
pelaksanaan proyek,” tambah Lilik.
Sementara itu, IDRIP pada konteks
kesiapsiagaan dan resiliensi dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami menekan
pada elemen peringatan dini. Lilik mengelaborasikan dengan empat kuadran.
Kuadran pada bagian hulu yaitu pemahaman risiko bencana. Kemudian pada kuadran
dua yaitu berbasis pada pemantauan dan analisis data, yang diikuti kuadran tiga
yaitu diseminasi informasi.
“Kuadran empat yaitu penguatan
respons masyarakat,” imbuhnya.
Terkait dengan kuadran ini, BNPB
akan mengajak para peserta untuk belajar dari kepala desa yang wilayanya telah
memenuhi kategori sebagai desa tangguh bencana. Kunjungan ke Desa Sidomulyo
yang berada di Pacitan, Provinsi Jawa Timur, tersebut akan berlangsung pada hari
Minggu (18/12).
Proyek ini menarget pada 17
provinsi, 30 kabupaten maupun kota dan 180 desa atau kelurahan. Sedangkan
kegiatan dalam IDRIP pada konteks gempa bumi dan tsunami, ini akan
diimplementasikan oleh BNPB dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG).
Hadir pada sosialisasi IDRIP
antara lain perwakilan dari Bappenas, BMKG, serta BPBD dan pemerintah daerah
yang menjadi target penerima manfaat.
IDRIP yang akan berakhir pada 2024
bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, khususnya gempa
bumi dan tsunami. Kesiapsiagaan ini tidak hanya diperkuat di tingkat pusat
tetapi juga pemerintah daerah terpilih. Di samping itu, proyek ini akan
memperkuat kapasitas sehingga resiliensi berkelanjutan di tengah masyarakat
dapat terwujud.
Abdul Muhari, Ph.D.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi
dan Komunikasi Kebencanaan BNPB