Foto : Bintang Mahaputera Adipradana untuk Syamsul Maarif ()
JAKARTA - Presiden RI memberikan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana kepada Syamsul Maarif, Kepala BNPB, dalam rangka peringatan HUT ke 69 Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Negara pada Rabu (13-8-2014) pukul 10.00 Wib. Bintang Mahaputera Adipradana adalah tanda kehormatan tertinggi setelah tanda kehormatan Bintang Republik Indonesia yang diberikan Presiden kepada seseorang yang mempunyai jasa besar terhadap bangsa dan negara. Sebelumnya, Syamsul Maarif pernah menerima tanda penghormatan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden tahun 2011.
Syamsul Maarif lahir di di Kauman, Gurah, Kediri, Jawa Timur pada 27-9-1950. Menikah dengan Hj. Nanik Kadaryani dikaruniai tiga orang anak.
Menamatkan SD, SMP, STM di Kediri, kemudian melanjutkan di Akmil Magelang hingga lulus 1973. Beberapa kursus militer di dalam dan luar negeri diikuti. Pangkat terakhir di militer adalah Mayor Jenderal TNI-AD. Menyelesaikan S2 di Prodi Ilmu Sosiologi FISIP Unair, Surabaya tahun 1997 dan S3 di Jurusan Sosiologi FISIP UI Jakarta tahun 2007.
Tahun 2006 alih status sebagai PNS dan menjabat Bakornas PB, yang kemudian berganti menjadi BNPB hingga sekarang. Selama berkarir dalam penanggulangan bencana, telah banyak menjadi ketua delegasi Indonesia dan pembicara seminar internasional di banyak negara. Di kalangan internasional, Syamsul Maarif dikenal sebagai ahli sosiologi bencana dan melahirkan teori-teori baru tentang bencana seperti teori vertizontal, sapalibatisme, SPARE, fase tanggap darurat, dan sebagainya yang saat ini menjadi mainstreaming penanggulangan bencana. Dengan kepemimpinan yang kuat, inovatif, dan selalu ada gairah baru menyebabkan penanggulangan bencana di Indonesia dinilai telah cukup berhasil oleh berbagai kalangan nasional dan internasional. Syamsul Maarif aktif mengajar di Universitas Jember dan Unhan. Juga menjadi dosen tamu di ITB, UGM, UI, Unand, UBH, dan lainnya.
Beberapa buku karya Syamsul Maarif yang telah diterbitkan antara lain: Militer Pasca Perang Dingin: Militer Posmo (2010); Militer Dalam Parlemen 1960-2004 (2010); Perilaku Kolektif Dan Gerakan Sosial (2011); Merapi Menyapa Kehidupan, Hidup Harmonis di Lereng Merapi (2012); Pikiran dan Gagasan Penanggulangan Bencana di Indonesia (2012); Tumbuh, Utuh, Tangguh (2013), Sosiologi Bencana (2014), dan sebagainya. Publikasi dalam jurnal nasional dan internasional juga telah banyak diterbitkan.
Beberapa penghargaan dan gelar diberikan Syamsul Maarif, antara lain: Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KRHT) dari Kraton Surakarta (2002), Nusa Reksa Pratama dari UGM (2010), gelar Umbu Ratu Jawa dari masyarakat Sumba (2012), masyarakat adat Minangkabau di Sumbar memberi gelar Sangsako, Yang Dipatuan Rajo Maulana Paga Alam (2012), gelar Duta Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dari Sri Sultan HB X (2012); dan gelar Pangeran Merto Negoro dari Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura, Kaltim (2014). Semua diberikan atas jasa-jasanya dan dedikasi yang tinggi dalam bidang kebudayaan, seni dan kemanusiaan.
Setelah menerima bintang penghargaan tersebut Syamsul Maarif mengatakan bahwa, "Penghargaan ini saya persembahkan kepada semua pejuang kemanusiaan penanggulangan bencana. Semua ini adalah jerih payah semuanya di lingkungan BNPB dan BPBD yang selalu bersama-sama dengan unsur kementerian, lembaga, TNI, Polri, relawan, NGO, dunia usaha dan masyarakat yang selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat terkait penanggulangan bencana. Kita patut bangga dan bersyukur atas anugerah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada semuanya. Akhirnya apa yang sudah kita lakukan selalu kita serahkan kepada Allah SWT."
Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB