Belum Tahu Kapan Akan Berakhir, Ketua Satgas Yakinkan Seluruh Komponen Agar Optimis Memutus Rantai Penularan COVID-19
30 Des 2020 00:05 WIB
Foto : Petugas kesehatan melakukan pengambilan sampel tes usap (swab tes) COVID-19 kepada salah satu personel TNI AD di Markas Kodam III/Siliwangi, Bandung, Jawa Barat, Senin (28/12). (Humas BNPB/Danung Arifin)
JAKARTA - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyampaikan bahwa hingga kurun waktu hampir 10 bulan penanganan pandemi COVID-19 di Tanah Air, belum ada satu pun yang dapat mengetahui kapan penyakit yang disebabkan karena infeksi virus SARS-CoV-2 itu berakhir. Hal itu juga terjadi di sebagian besar negara-negara di dunia, yang masih berlomba untuk menangani pandemi hingga saat ini.
Berkaca dari berbagai dinamika yang dihadapi Indonesia dalam penanganan COVID-19, Doni masih melihat ada langkah-langkah positif yang pernah diraih.
"Kita juga belum tahu kapan COVID-19 ini akan berakhir, namun di sela-sela dinamika yang terjadi, kita melihat ada langkah-langkah yang sangat positif yang pernah kita raih," ucap Doni dalam Webinar: "Kaleidoskop Kebencanaan 2020 dan Prediksi Fenomena Serta Potensi Bencana Tahun 2021" secara daring di Jakarta, Selasa (28/12).
Menurut catatan, Indonesia pernah mengalami kenaikan angka kasus COVID-19 yang siginifikan pada akhir bulan September 2020. Kemudian, Pemerintah Indonesia melalui Satgas Penanganan COVID-19 telah mampu menekan angka kasus pada tanggal 10 November 2020, melalui upaya sinergitas seluruh komponen Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah dan masyarakat.
"Kemudian kita mampu menekan angka kasus tersebut sampai ke posisi di angka 12,12 persen yaitu tepatnya pada tanggal 10 November 2020," ungkap Doni.
Menurut Doni, upaya dan strategi pemerintah dalam rangka memerangi COVID-19 dengan pelibatan aktif seluruh komponen adalah langkah yang sangat tepat. Terlebih adanya dukungan penuh dari masyarakat, melalui penerapan protokol kesehatan secara disiplin.
"Ini adalah sebuah strategi yang tepat, ketika Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah dan juga segenap komponen masyarakat lainnya ikut mendukung peningkatan disiplin dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, kita bisa menurunkan jumlah kasus aktif dengan jumlah yang cukup signifikan," kata Doni.
Adapun dalam kurun waktu satu bulan terakhir, Doni menyadari adanya penurunan tingkat kepatuhan masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan. Sehingga hal itu kemudian memicu adanya penurunan tingkat kesembuhan hingga 2,7 persen dari angka global.
"Yang semula pada tanggal 10 November 2020 angka kesembuhan berada pada posisi 84,57 persen, namun saat ini menurun sebanyak 2,75 persen, menjadi 81,82 persen," katanya.
Dengan melihat adanya penurunan angka kepatuhan yang memicu tingkat kesembuhan pasien COVID-19, Doni kembali mengingatkan bahwa upaya untuk menekan pandemi di Tanah Air harus dilakukan secara serentak dan bersama-sama.
"Oleh karenanya, upaya untuk menekan kasus ini harus betul-betul dilakukan secara serentak dan bersama-sama," jelas Doni.
Di sisi lain, Doni juga optimis apabila seluruh komponen dapat bergerak bersama untuk saling mengingatkan tentang pentingnya protokol kesehatan 3M untuk memutus mata rantai penularan COVID-19, maka angka kasus dapat ditekan dan diturunkan, sebagaimana yang pernah dicapai pada periode sebelumnya.
"Karena kalau ini bisa kita lakukan, contoh sudah pernah terjadi kita mampu kita bisa. Artinya kita semua harus bisa bekerja keras untuk mengingatkan siapa saja orang-orang di sekitar kita," kata Doni.
Lebih lanjut, Doni juga mengingatkan apabila seseorang yang sudah disiplin namun abai dan membiarkan orang di sekitarnya tidak patuh pada protokol kesehatan, maka hal itu dapat menjadikan upaya pencegahan COVID-19 menjadi sia-sia.
"Kita tidak cukup hanya diri sendiri yang disiplin, tetapi membiarkan orang lain di sekitar kita tidak disiplin," kata Doni.
"Dan itulah suatu proses di mana kita pun cepat atau lambat bisa terpapar COVID-19," pungkasnya.
Dr. Raditya Jati
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB