BNPB Sosialisasikan Pemanfaatan Lahan Gambut Tanpa Bakar di Sumatera Selatan untuk Mencegah Terjadinya Karhutla
12 Nov 2020 14:01 WIB
Dilihat 56 kali
Foto : Kegiatan Sekolah Lapang Mitigasi Partisipatif Karhutla (BNPB)
MUSI BANYUASIN-Bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) merupakan permasalahan serius yang harus dihadapi bangsa Indonesia hampir setiap tahun pada musim kemarau. Kebakaran di lahan gambut jauh lebih sulit untuk ditangani dibandingkan dengan kebakaran yang terjadi di tanah mineral.
Hal ini disebabkan oleh penyebaran api yang tidak hanya terjadi pada vegetasi di atas gambut tapi juga terjadi di dalam lapisan tanah gambut yang sulit diketahui penyebarannya. Usaha pemadaman api di lahan gambut, terutama jika apinya telah menembus lapisan gambut yang sangat dalam, hanya dapat dilakukan secara efektif oleh alam yaitu hujan lebat.
Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah dalam penanganan karhutla guna meminimalisir dampak yang timbul serta mengurangi luasan lahan yang terbakar. Upaya penanganan karhutla juga dilakukan melalui mitigasi bencana.
Dalam rangka mengurangi terjadinya karhutla Direktorat Mitigasi Bencana BNPB, mengedukasi Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar lahan dengan melakuakan inovasi pengelolaan lahan gambut yang dikenal sebagai Mitigasi Partisipatif Karhutla melalui pemanfaatan lahan gambut tanpa bakar. Pada kesempatan kali ini kegiatan dilakukan di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Radito Pramono selaku Kepala Sub Direktorat Mitigasi Struktural BNPB dalam pembukaan kegiatan Sekolah Lapang Mitigasi Karhutla Pemanfaatan Lahan Gambut Tanpa Bakar menyampaikan, sebagai bagian dari pemulihan dan inovasi ekosistem gambut, maka BNPB bermaksud melaksanakan program Mitigasi Partisipatif Karhutla Pemanfaatan Lahan Gambut Tanpa Bakar, selain itu kegiatan ini merupakan salah satu tahapan dalam program Mitigasi Partisipatif Karhutla.
“Pelaksanaaan Mitigasi Partisipatif Karhutla untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan gambut tanpa harus dibakar bertujuan untuk perlindungan dan penyelamatan ekosistem gambut. Kegiatan ini mengacu pada konsep restorasi lahan gambut yang dikenal dengan 3R yaitu rewetting, revegetation dan revitalization of local livelihood. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini memberikan pengetahuan secara teori dan praktik atas kondisi gambut, daur hidrologis, pemilihan jenis varietas dan berbagai pengetahuan lokal lainnya yang berhubungan dengan sistem kehidupan masyarakat di lahan gambut,” ucap Radito saat membuka kegiatan Mitigasi Partisipatif Karhutla di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Selasa (10/11).
Ia menambahkan, penanganan Karhutla dilakukan salah satunya dengan merestorasi lahan gambut, selanjutnya perlu adanya dukungan banyak pihak, dalam hal ini mengedepankan konsep Pentaheliks dikarenakan target area restorasi gambut di Indonesia sebesar 2,6 juta hektare yang menunjukkan lahan tersebut sangat luas.
“Dalam langkah penanganan Karhutla, perlu adanya restorasi lahan gambut mengacu pada konsep pentaheliks, pada kesempatan kali ini kami didukung oleh Badan Restorasi Gambut (BRG), Pemerintah Daerah yang diwakili oleh BPBD Provinsi, BPBD Kabupaten, Dinas Pertanian, Kepala Desa, media massa, UMKM, para fasilitator BRG dan tentu saja para petani yang tergabung dalam kelompok tani. Dengan mengusung konsep pentaheliks, diharapkan keberhasilan program ini dapat berjalan dengan baik, khususnya untuk memperkuat edukasi kebencanaan pemanfaatan lahan gambut,” tambah Radito.
Kepala Desa Muara Medak menyampaikan bahwa kegiatan mitigasi karhutla ini diharapkan dapat berkelanjutan dan dilakukan oleh semua stakeholder sehingga dapat mengurangi bencana karhutla. Selain itu, penting untuk memperhatikan jenis komoditas yang diperlukan oleh para petani dan bagaimana meningkatkan ekonomi masyrakat.
Sebagai informasi, kegiatan ini akan dilaksanakan selama tiga hari yaitu pada tanggal 10 - 12 November 2020 bertempat di Balai Desa Muara Medak, Kec. Bayung Lencir dengan jumlah peserta sebanyak dua puluh dua orang yang berasal dari BPBD Provinsi Sumatera Selatan, BPBD Kab. Musi Banyuasin, Dinas Pertanian Kab. Musi Banyuasin, Kelompok tani, dan media massa. Pada hari pertama peserta mendapatkan teori-teori yang disajikan oleh perwakilan BRG, BPBD dan Dinas Pertanian, hari kedua dan ketiga akan mempraktikan teori langsung di lapangan.
Meskipun pandemi Covid-19 masih berlangsung, kegiatan ini berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah menyebarnya virus SARS-CoV-2, yaitu menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan pakai sabun atau cairan antiseptik.
Program Mitigasi Partisipatif Karhutla dengan pemanfaatan lahan gambut tanpa bakar ini sudah sukses sebelumnya dilaksanakan di empat lokasi, yaitu di Kab. Kubu Raya Kalimantan Barat, Kab. Balangangan, Kalimantan Selatan, Kab. Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, dan Kab. Tanjung Jabung Timur, Jambi. Ke depan akan akan dilaksanakan lokasi berikutnya yaitu Kab. Pelalawan Riau.
Selain mitigasi karhutla melalui sekolah lapang, upaya lain juga ditingkatkan dalam penanganan bencana karhutla. Deteksi dini hotspot, patroli udara dan pemadaman titik api yang muncul dengan mengerahkan personil darat dan udara merupakan beberapa upaya yang telah dan akan terus dilakukan dalam penanganan karhutla di Indonesia. Diharapkan berbagai upaya yang dilakukan bersama-sama oleh pemerintah pusat dan daerah serta didukung oleh masyarakat ini akan menekan angka bencana karhutla dan juga berbagai kerugian yang timbul atas bencana tersebut.
Dr. Raditya Jati
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB
Penulis