100 personil TNI Dilatih Memadamkan Api
19 Jun 2014 08:05 WIB
Dilihat 328 kali
Foto : 100 personil TNI Dilatih Memadamkan Api ()
SENTUL – Ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam menghadapi musim kemarau tahun ini. Pertama, persoalan el nino. Kedua, lima arahan pokok presiden RI dalam penanggulangan bencana. Ketiga, kebijakan penanggulangan kebakarana asap/api di Sumatera dan Kalimantan. Deputi Bidang Penanganan Darurat, Ir. Tri Budiarto, MSi mengatakan hal tersebut dalam acara pembukaan pelatihan penanggulanan bencana api/asap 2014 dihadapan 100 personil TNI yang dilatih. Kegiatan ini dilaksanakan di INA-DRTG (Indonesia Disaster Relief Training Ground) Sentul selama dua hari (18-19 Juni 2014).
Isu global yang mencuat adalah bagaimana kita memenuhi janji kepada dunia internasional untuk mengurangi 20% emisi gas karbon. Faktanya saat ini masih ada 28 titik api di Riau. BMKG memprediksi akan terjadi el nino yang berdampak kemarau panjang sehingga dapat menimbulkan kekeringan luar biasa di wilayah Indonesia bagian timur. Masyarakarat dikhawatirkan akan kesulitan memperoleh air bersih, lahan pertanian akan mengalami kekeringan dan kemungkinan terjadi gagal panen.
El nino diperkirakan akan muncul bulan Juli 2014 hingga Januari 2015. El nino mengakibatkan kekeringan yang panjang. Di lahan gambut akan muncul api/asap. Berdasarkan pengamatan lapangan selama ini, api dan asap 99 persen sengaja dibakar. Bagaimana cara menghalangi orang supaya tidak membakar? Penegakan hukum perlu dilaksanakan secara tegas. Untuk memperbaiki keadaan ini kesiapsiagaan harus terus menerus ditingkatkan. Dukungan moral bagi pemerintah kabupaten/kota juga perlu terus ditingkatkan.
Lima arahan presiden dalam penanggulangan bencana. Pertama, first responder di tengah kejadian bencana adalah bupati/walikota yang mewakili presiden di garda terdepan. Kedua, pemerintah provinsi dan gubernur merapat membantu memperkuat pemerintah kabupaten/kota. Ketiga, ketika kondisi ekstrim perlu adanya pendampingan dan penguatan penuh terhadap penanggulangan bencana. Kriteria kondisi ekstrim, antara lain misalnya penerbangan terganggu, terbatasnya APBD ,dan sumberdaya lokal lainnya. Pemerintah kabupaten/kota tidak bergerak sendiri, tetap dibantu oleh kekuatan nasional dengan melibatkan TNI/polri. Untuk itulah perlu dibangun hubungan dialogis, kolaborasi dan praktek bersama dalam penanggulangan bencana seperti yang dilakukan saat ini. Arahan presiden selanjutnya adalah segera selesaikan sedini mungkin.
Deputi Bidang Penanganan Darurat, Tri Budiarto menyampaikan bagaimana kita hadir dalam waktu yang tepat? Kita datang untuk menyelesakan persoalan asap/api. Ada tiga strategi yang dilakukan yaitu: (1) pemadaman api, (2) hujan buatan, dan (3) water boombing, ungkapnya. (nz)
Penulis