Secercah Harapan di Kaki Pegunungan Cyclops dan Pinggiran Danau Sentani
14 Jul 2020 01:34 WIB
Foto : Kepala BNPB Doni Monardo beserta Menteri PMK Muhadjir Effendy dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto disambut Tari Tifa saat tiba di Desa Sereh, Sentani, Jayapura, Selasa (7/7). (Humas BNPB/Danung Arifin)
Tifa ditepuk-tepuk. Tiap kali jemari menepuk, kaki dihentakkan. Tari Tifa menjadi simbol kebersamaan. Perayaan yang digaungkan melalui bunyi dan gerakan. Hentakan kaki dan tepukan tifa penuh isyarat dan makna. Ada unsur kegembiraan, keramahan serta tekad di dalamnya.
SENTANI - Selepas tengah hari, di sebuah desa di kaki Pegunungan Cyclops, Tari Tifa dibawakan dengan penuh semangat. Rupanya tari itu dimainkan untuk menyambut tamu penting yang datang. Sosok yang sudah tidak asing bagi warga Bumi Kenambai Umbai nan damai, bernama Doni Monardo.
Hari itu, Selasa tanggal 7 Juli 2020. Doni Monardo, jenderal bintang tiga yang mengemban tugas sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu kembali hadir di tengah-tengah warga Desa Sereh, Sentani, Jayapura.
Bagi warga Desa Sereh, nama Doni Monardo telah terukir di hati. Dia dikenal sebagai sosok pembawa harapan bagi mereka.
Muasal itu tak lepas dari peran Doni Monardo ketika datang dan memberikan perhatian penuh kepada warga Desa Sereh, kala dilanda air bah yang datang dari Pegunungan Cyclops pada 16 Maret 2019 silam.
Dalam catatan BNPB, banjir bandang disertai puing-puing gelondongan batang pohon beserta material longsoran lumpur menggulung apa saja yang ada di bawah Pegunungan Cyclops, tak terkecuali Desa Sereh dan seluruh warganya sendiri.
Jumlah korban meninggal per 25 Maret 2019 yang didapati mencapai 112 orang. Kemudian sebanyak 153 orang luka berat, 768 luka ringan dan 17 lainnya tidak ditemukan. Tentunya itu menjadi pukulan yang amat berat bagi warga Sentani dan seisinya.
FOTO: Suasana di salah satu sudut Desa Sereh dengan latar belakang Pegunungan Cyclops, Sentani, Jayapura, Selasa (7/7).
Selang sepekan berlalu, Doni Monardo beserta pasukannya di bawah bendera BNPB hadir dan segera memberi perhatian khusus bagi para keluarga korban dan seluruh warga yang terdampak.
Dari komando Doni, bantuan demi bantuan terus berdatangan sehingga perlahan warga mulai bangkit.
Peran Doni tak sampai hanya itu saja. Pascabencana itu, dia juga memerintahkan jajarannya untuk segera mengambil langkah-langkah pemulihan mulai dari dampak sosial, ekonomi hingga lingkungan bagi Sentani seisinya.
Danau Sentani menyimpan harta karun yang luar biasa dari sektor perikanannya. Di sisi lain, Sentani juga lumbung sagu terbaik di Papua. Dua hal itu kemudian menyulut ide dan gagasan Doni untuk menggerakkan perekonomian masyarakat dengan merawat, menjaga dan memanfaatkan yang diberikan oleh alam semesta.
Selain menegakkan kembali pundi-pundi ekonomi, Doni juga menganggap perlu adanya perbaikan lingkungan dan pengembalian alam seusai kodratnya bagi keseimbangan semesta.
Sebab, menurut kaji cepat yang dilakukan BNPB bersama tim gabungan lainnya didapatkan bahwa penyebab bencana tersebut tak lain karena alamnya yang rusak dan dipicu oleh tingginya intensitas hujan di wilayah Pegunungan Cyclops.
Mengetahui hal itu, lantas Doni tak kehilangan akal. Dalam arahannya, Doni meminta agar lahan yang rusak dapat ditanami kembali dengan jenis tanaman kuat sekaligus bernilai ekonomis. Sehingga selain lingkungan kembali terjaga, roda perekonomian juga terus berputar.
Dua Doni di Sentani
Ada cerita lain yang menarik bila kembali diingat. Ihwal perhatian Doni untuk warga Sentani pascabencana secara spontan membuat seorang ibu bernama Yunita Dayopo, yang tengah hamil tua pada saat kejadian banjir bandang, lantas menyematkan "Doni Monardo" sebagai nama sang buah hatinya.
Tepatnya pada tanggal 26 Maret 2019, seorang bayi laki-laki yang dikandungnya lahir secara normal dan langsung memiliki nama "Doni Monardo Ibo”. Nama belakang “Ibo” merupakan turunan dari sang ayah, Hendrik Ibo.
Yunita Dayopo dan Hendrik Ibo sangat terinspirasi dengan sosok Doni Monardo yang gagah dan berhati malaikat. Bagi mereka, Doni Monardo dinilai sebagai bapak pemberi harapan bagi dirinya dan seluruh warga terdampak banjir bandang Sentani.
FOTO: Kepala BNPB Doni Monardo (tengah) menggendong bayi Doni Monardo Ibo bersama kedua orang tuanya di Sentani, Jayapura, 3 September 2019.
Maka harapan keduanya bagi Doni Monardo Ibo adalah kelak dapat menjadi anak yang gagah berani dan berhati malaikat serta pemberi harapan bagi nusa dan bangsanya.
Adapun keduanya, Doni Monardo dan Doni Monardo Ibo telah bertemu secara langsung saat acara “Kebersamaan dalam se-Helai Papeda dari Pinggiran Danau Sentani untuk Persatuan dan Kedamaian Bagi Tanah Papua dan Indonesia” pada Selasa 3 September 2019 silam. Hubungan antar keduanya terpupuk baik hingga kini.
Harapan Besar
Kembali ke perihal penyambutan Tari Tifa tadi, kehadiran Doni Monardo kali ke tiga itu tentunya juga untuk menengok kabar dan memastikan bahwa warga Sentani semakin bangkit menjadi lebih baik, setelah satu tahun silam dilanda bencana.
Kali ini Doni tak sendiri. Turut hadir menyertai Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Komisi VIII dan IX DPR RI beserta rombongan.
Dalam perjamuan hangat berlatar belakang Pegunungan Cyclops, melalui peran utamanya sebagai Kepala BNPB, Doni kembali membuka suara tentang pentingnya untuk merawat dan menjaga alam.
Sebab, alam memiliki kodrat sebagai bagian dari keseimbangan kehidupan di bumi. Apabila alam rusak, maka hal itu tentunya juga menjadi ancaman bagi umat manusia.
Dalam kesempatan tersebut, Doni juga kembali mengingatkan tentang cerita bagaimana masyarakat Papua yang dikenal sangat menghargai alam. Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk tidak melindungi alam, khususnya untuk seluruhnya yang ada di Bumi Cenderawasih.
“Tanah adalah ibu kami, jadi sewajibnya, seyogyanya kita semua untuk betul-betul menjaga lingkungan, menjaga alam,” tutur Doni.
Kembali menyinggung soal banjir bandang, Doni yang sukses mempelopori program Citarum Harum itu membawa cerita pemahaman tentang bagaimana air selalu pulang kerumah, mencari tempat yang rendah.
Dalam catatannya, Doni mengungkapkan bahwa sebagian wilayah yang terdampak banjir bandang di Sentani merupakan daerah yang dulunya dilalui sungai yang kini sudah mengering. Bantaran sungai yang telah puluhan tahun kering itu kemudian oleh sebagian besar pihak dijadikan hunian dan bangunan untuk kegiatan sehari-hari.
“Bahwa air itu pasti akan kembali ke rumahnya. Air selalu mencari tempat yang rendah. Jadi kalau sekarang kita menimbun tempat-tempat yang pernah menjadi tempat tinggalnya air, cepat atau lambat air pasti akan kembali ke tempat semula,” tegas Doni.
Dalam hal ini, Doni membeberkan tiga instrumen yang harus diperhatikan sebagai upaya mitigasi dari konsep hidup harmoni dengan alam di wilayah Sentani.
Adapun konsep yang pertama adalah bagaimana hulunya, yakni Pegunungan Cyclops ditangani dengan baik dengan mengembalikan kemampuan dan kodratnya.
Kemudian yang kedua adalah bagaimana memitigasi wilayah daratan yang berada di bawah pegunungan Cyclops. Selanjutnya metode terakhir adalah bagaimana penanganan untuk Danau Sentani agar tidak tercemar dengan limbah kotoran manusia dan tidak terjadi sedimentasi.
Dalam hal ini, Doni mengajak para tetua adat, tokoh adat, tokoh agama, budayawan dan pemimpin daerah untuk berkomitmen menjaga alam Sentani sebaik-baiknya. Sebab dengan menjaga alam, maka alam akan menjaga umat manusia.
“Kita harus punya komitmen, 'Kita jaga alam, Alam jaga kita'. Kalau ini kita lakukan dengan baik, saya yakin tidak ada orang yang akan menjadi bagian dari korban yang terjadi karena bencana alam,” jelas Doni.
Lebih lanjut, Doni juga menitipkan sebuah program khusus bagi warga Sentani dan sekitarnya yakni mesin pengolah sagu dan rumah sagu.
Sagu kaya manfaat. Selain sebagai sumber energi, sagu juga mengandung antioksidan, kaya akan serat dan baik untuk otot. Ke depannya, sagu diharapkan dapat lebih bernilai ekonomis dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dengan hadirnya teknologi tersebut.
FOTO: Sejumlah warga mengolah sagu di Desa Sereh, Sentani, Jayapura, Selasa (7/7).
Sebagaimana yang telah diketahui, sagu menjadi makanan pokok masyarakat Papua, Papua Barat dan wilayah Indonesia timur lainnya. Bahkan menurut catatan, luas hutan sagu terbesar di dunia ada di Papua.
Selain sagu, Doni juga memberikan mesin pengasap ikan yang diproduksi oleh tim mahasiswa Universitas Cenderawasih. Alat yang dapat meningkatkan nilai ekonomi itu tercipta berkat gagasan Doni ketika menyambangi Pasar Ikan Ramadi dengan hasil melimpah.
Selain dapat menjadi komoditas ekonomi, ikan juga menjadi sumber protein yang baik dan memiliki gizi yang dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh.
FOTO: Kepala BNPB Doni Monardo (kanan) mengajak Menteri PMK Muhadjir Effendy makan ikan asap hasil olahan warga Desa Sereh, Sentani, Jayapura, Selasa (7/7).
Menyinggung soal imunitas tubuh, hal itu sekaligus menjadi benteng pertahanan tubuh untuk terhindar dari infeksi dan penularan COVID-19.
Doni Monardo yang juga memikul tanggung jawab besar sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengatakan bahwa saat ini ikan banyak dicari oleh negara-negara di dunia karena mengandung omega tiga.
Kandungan tersebut diyakini dapat bermanfaat untuk mencegah penularan virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19. Menurut Doni, masyarakat Papua harus bangga dan bersyukur. Sebab, kampung halaman mereka sangat melimpah sumber makanan bergizi yang belum tentu dimiliki oleh negara lain.
Oleh sebab itu, melalui kapasitasnya sebagai Kepala BNPB dan Ketua Gugus Tugas Nasional, Doni Monardo sangat menaruh harap agar beberapa hal yang menjadi komoditas utama Papua dapat mengentaskan masyarakatnya dari tantangan besar yang dihadapi, yakni bencana alam, keberlangsungan kehidupan sosial ekonomi dan terbebas dari ancaman COVID-19.
Setelah melalui berbagai nuansa yang penuh kehangatan, Doni beserta rombongan lantas undur diri melanjutkan misi penting lainnya, yakni menaklukan pandemi COVID-19 di Bumi Papua, Bumi Kenambai Umbai.
Sebelum benar-benar pamit, tak lupa Doni menitipkan pesan kepada warga untuk tetap memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan makan sagu serta ikan.
Pada momentum itu, Desa Sereh seisinya seakan menyaksikan kembalinya sosok yang membuat manusia-manusia bangkit meski di tengah situasi dan kondisi yang sulit. Secercah harapan besar kembali mencuat dari kaki Pegunungan Cyclops di tepi Danau Sentani.
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional