Risiko Sama, Strategi Baru
31 Mei 2013 09:28 WIB
Foto : Risiko Sama, Strategi Baru ()
Ketika gempa mengguncang Yogyakarta pada tahun 2006, Ibu Waniti, pedagang telur asin asal Desa Seloharjo kehilangan seluruh dagangannya saat ruang tempat penyimpanan telur miliknya runtuh. Ia berjuang keras untuk bangkit kembali, mengingat daerah tempat ia tinggal rawan terhadap bencana lain seperti banjir, erupsi gunung berapi dan tanah longsor.
Kini, banyak yang berubah dari Ibu Waniti, berkat program inovatif yang dilakukan oleh Daya Annisa, sebuah LSM setempat yang didanai oleh Australia melalui Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction, yang bermitra dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia.
Program Daya Anissa bekerja untuk mendorong masyarakat mengambil tanggung jawab lebih besarterhadap risiko bencana mereka
Hal tersebut dilakukan dengan memberikan pelatihan dan dukungan bagi sejumlah desa untuk melakukan kajian risiko, membentuk forum pengembangan ekonomi setempat untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat terhadap bencana, dan bekerja dengan masyarakat dalam perencanaan penghidupan yang berkelanjutan.
“Kini kami tahu bagaimana cara untuk melindungi modal kami. Tempat saya memroduksi telur asin kini setengahnya dibangun menggunakan batu bata dan setengahnya menggunakan bambu, dengan atap seng. Jika gempa terjadi lagi seperti di tahun 2006, bangunan ini tak akan menghancurkan telur-telur saya. Sekarang saya menyimpan telur di tengah, jauh dari dinding batu bata,” ujar Ibu Waniti.
Bagi perempuan lainnya, pelatihan dan pengetahuan yang mereka peroleh amat praktis, dan telah mengajarkan mereka bagaimana melindungi keluarga, diri sendiri serta modal usaha mereka saat terjadi bencana.
Dua perempuan lain dari desa Seloharjo, Ibu Surani dan Ibu Sartini, menjelaskan bahwa mereka kini paham bahwa jalur keluar masuk untuk rumah dan usaha mereka harus bebas dari hambatan. “Kini kami meletakkan meja, kursi dan perabot lainnya sedemikian rupa agar tidak menghalangi kami saat menyelamatkan diri dari rumah, kalau nanti terjadi gempa bumi,” ujar mereka.
Desa Bawuran juga mendapat manfaat dari program ini, berkat kepercayaan diri yang ditanamkan di sana untuk mengambil alih risiko bencana dengan menjadi proaktif dan tidak menunggu pemerintah daerah untuk bertindak.
Desa Bawuran mengalami beberapa kali bencana longsor yang telah menghancurkan jalan yang menghubungkan desa tetangga. Mereka juga prihatin dengan kekuatan kawasan daerah aliran sungai, khawatir kalau akan runtuh suatu saat nanti.
Setelah mendapat dukungan dari Daya Annisa, mereka menghubungi sejumlah lembaga termasuk Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Pusat Daerah Aliran Sungai Serayu-Opak dan mengajukan proposal dukungan bagi rehabilitasi jalan dan penguatan tepian sungai. Proposal itu juga dilengkapi dengan kajian risiko sebagai bagian dari program. Hasilnya, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten setuju untuk mendukung proyek rehabilitasi.
Pak Bandi salah satu penerima manfaat program dari desa Bawuran mengatakan bahwa Daya Annisa membawa pendekatan yang berbeda dalam membantu kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.
“Berkat program ini, kami memiliki kesadaran yang lebih baik, bahwa kita tidak bisa terus bergantung pada orang lain, tetapi harus mandiri. Jika kita butuh bantuan, jangan menunggu tapi harus proaktif dan terus mencari bantuan. Gempa yang terjadi tahun 2006 sangat berdampak kepada kita, dan membangun rasa tanggung jawab dalam diri kita. Daya Annisa datang sebagai katalisator. Mereka memberikan kita semangat,” ujar Pak Bandi.
Dengan semangat yang sama untuk tak menunggu bantuan, Forum Pengembangan Ekonomi Desa Bawuran telah meluncurkan blog dan website yang beralamat di http://www.forumpel.org/index.php