Pembelajaran dari Global untuk Indonesia yang lebih baik
03 Jul 2020 00:58 WIB
Foto : Webinar oleh BNPB yang bertemakan "Pembelajaran dari Global untuk Indonesia yang Lebih Baik" (BNPB)
JAKARTA – Penanganan bencana nonalam pandemi COVID-19 memberikan banyak pembelajaran bagi para pelaku di tanah air. Hal tersebut karena frekuensi kejadian bencana tidak sebanyak bencana alam yang kerap dialami bersama.
Pengalaman dari berbagai pihak bahkan di tingkat global selama ini telah memberikan pembelajaran yang bermanfaat untuk penanganan pandemi di masa depan. Latar belakang ini mendorong Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan seminar secara daring atau webinar mengenai standar penanganan COVID-19 dari perspektif penanggulangan bencana.
Webinar dengan tema Pembelajaran dari Global untuk Indonesia yang Lebih Baik diselenggarakan Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana BNPB pada Rabu lalu (1/7).
Direktur Strategi Penanggulangan Bencana Agus Wibowo menyampaikan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan pemahaman terkait pembelajaran penanganan pandemi COVID-19.
“Pembelajaran ini dari perspektif keilmuwan para ahli dan praktisi agar dapat meningkatkan kapasitas penanganan bencana pandemi di Indonesia untuk masa mendatang,” ujar Agus melalui ruang digital.
Selain itu, Agus juga menyampaikan bahwa kegiatan ini juga bagian dari proses penyusunan standardisasi penanganan bencana nonalam dari pembelajaran beberapa negara, yang sedang disusun oleh BNPB. Hasil pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk memberikan pedoman dan referensi penanganan pandemi, khususnya COVID-19, yang saat ini sedang berlangsung.
“Diharapkan dokumen tersebut selanjutnya dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Indonesia jika di masa mendatang kembali terjadi pandemi sehingga seluruh komponen pemerintah dan masyarakat telah siap dalam menghadapinya,” tambah Agus.
Selanjutnya, Agus juga menyampaikan bahwa BNPB telah mengidentififkasi pembelajaran dari beberapa negara yang telah berhasil menekan laju penyebaran, menurunkan tingkat infeksi, meningkatkan jumlah pasien yang sembuh, dan menjaga stabilitas sosial, ekonomi dan politik pada masa pandemi COVID-19.
Hasil penelaahan pembelajaran tersebut telah mengidentifikasi beberapa kerangka isu dan kesenjangan yang perlu digali lebih lanjut di antaranya:
- Sistem deteksi dini pandemi di tingkat global dan indonesia dan integrasinya ke sistem peringatan dini pandemi Indonesia.
- Optimalisasi sistem dan mekanisme otorisasi karantina dalam penanganan awal pandemi.
- Integrasi penanggulangan krisis/darurat kesehatan ke dalam penanggulangan bencana.
- Sistem penanggulangan kedaruratan bencana nonalam.
- Lebarnya kesenjangan komunikasi risiko dalam penanganan darurat pandemi COVID-19.
Selain itu, dalam webinar ini juga hadir narasumber dari Pusat Krisis Kementerian Kesehatan yang diwakili oleh dr. Ina Agustina, M.K.M. Ia menyampaikan materi tentang penanganan awal pandemi dan sistem karantina dalam penanggulangan pandemi serta integrasi penanggulangan krisis atau darurat kesehatan ke dalam penanggulangan bencana.
Sementara itu, narasumber dari U-Inspire yang diwakili oleh Neneng Sisulawati yang menyampaikan materi tentang cara melakukan komunikasi risiko secara massal kepada komunitas yang memiliki jarak perbedaan karakteristik yang lebar.
Pada sesi diskusi, para penanggap dari 7 negara juga menyampaikan pengalaman mereka menghadapi kondisi awal penyebaran hingga saat ini. Mereka juga menyampaikan bagaimana manajemen penanganan COVID-19 yang dilakukan oleh pemerintah setempat berdasarkan pengamatan dan perspektif mereka sebagai penyintas.
Mereka berasal dari Jerman, Belanda, Tiongkok, Jepang, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Malaysia serta lebih dari 100 partisipan berbagai kalangan yang tinggal dibeberapa daerah di Indonesia.
Raditya Jati
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB