PELATIHAN RENCANA KONTINJENSI PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MATARAM
21 Mei 2013 08:27 WIB
Foto : PELATIHAN RENCANA KONTINJENSI PENANGGULANGAN BENCANA KOTA MATARAM ()
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (pusdiklat) Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyelenggarakan pelatihan Rencana Kontijensi Penanggulangan Bencana Kota Mataram pada 20 hingga 24 Mei 2013. Pelatihan ini terselenggara dengan dukungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Pemerintah Daerah Kota Mataram, Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR), UNOCHA, Palang Merah Indonesia (PMI), Humanitarian Forum, GIZ, dan MPBI. Tiga puluh peserta dari beberapa dinas pemerintah setempat, lembaga-lembaga usaha di Kota Mataram, dan LSM kebencanaan mengikuti pelatihan ini.
Materi yang disampaikan oleh fasilitator antara lain adalah pengantar rencana kontinjensi, penilaian risiko dan penentuan kejadian, pengembangan skenario, penetapan tujuan dan strategi tanggap darurat, perencanaan sektor dan tindak lanjut. Kegiatan ini juga merupakan tahap uji coba terhadap modul rencana kontinjensi yang telah disusun oleh tim working group rencana kontinjensi Pusdiklat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kepala Pusdiklat BNPB, Ir. B. Wisnu Widjaja, M.Sc. menyampaikan bahwa pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat BNPB merupakan pelatihan yang bertahap, bertingkat dan berlanjut. Berkaitan dengan pelatihan perencanaan kontinjensi, Wisnu Widjaja menekankan bahwa Perencanaan yang baik merupakan kunci keberhasilan “If you fail to plan, you plan to fail” sehingga mau tidak mau perencanaan ini harus dibuat.
Rencana kontinjensi atau rencana kedaruratan digunakan sebagai dasar latihan kesiapsiagaan. Fakta di daerah adalah sebagian kecil daerah telah memiliki rencana kontijensi (renkon) namun hanya menjadi dokumen mati serta latihan dilaksanakan tanpa memperhatikan renkon yang ada, padahal idealnya renkon harus menjadi dokumen hidup, ditinjau kembali secara periodik, wajib dibuat oleh setiap organisasi/lembaga dengan skenario risiko/ ancaman yang sama serta dikembangkan sebagai dasar latihan dan peningkatan kapasitas kesiapsiagaan dan koordinasi melalui tahapan sebagimana tergambar dalam siklus kesiapsiagaan. Oleh karena itu pelatihan ini sangat berguna untuk menyusun perencanaan tersebut.
Sebagaimana disampaikan oleh narasumber dari MPBI, Ujang, bahwa perencanaan dalam penanggulangan bencana mutlak harus dilakukan, dan harus dilaksanakan saat terjadi bencana. Namun apabila saat penanggulangan bencana tidak digunakan, misalnya karena kondisi collapse maka jika sudah pernah dilakukan perencanaan diharapkan kegiatan penanggulangan bencana akan lebih terarah dan efektif.
Metode pelatihan yang digunakan adalah pemaparan, Tanya jawab/diskusi dan penugasan yang menuntut peran aktif para peserta untuk memahami berbagi ilmu terkait penyusunan rencana kontinjensi.