Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

MENGURANGI RISIKO TSUNAMI DI KEPULAUAN MENTAWAI

Dilihat 394 kali
MENGURANGI RISIKO TSUNAMI DI KEPULAUAN MENTAWAI

Foto : MENGURANGI RISIKO TSUNAMI DI KEPULAUAN MENTAWAI ()

Pemerintah Daerah Kepulauan Mentawai peduli dengan ancaman tsunami yang dialami masyarakat disana. Pada tahun 2010, lebih dari 400 orang menjadi korban tsunami yang menghantam kawasan itu. Melihat skala dari bencana ini, para ilmuwan terus memprediksi bahwa ada gempa dan tsunami yang lebih besar yang dapat menghantam kepulauan Mentawai dalam beberapa dekade mendatang.


 


Melalui kemitraan bersama lembaga teknis dari Indonesia, AusAID dan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) menyediakan peta rendaman tsunami terbaru, untuk mendukung Pemerintah Kabupaten mempersiapkan masyarakat bersiaga saat evakuasi tsunami.

Peta-peta ini menggabungkan hasil penelitian sains selama lebih dari 15 tahun, dengan pemetaan partisipatif melalui OpenStreetMap untuk mengidentifikasi daerah aman untuk evakuasi di tingkat masyarakat.

AusAID dan BNPB juga mendukung tim dari beberapa yang dipimpin oleh Community Preparedness Unit – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk memfasilitasi penggunaan informasi pengurangan risiko bencana dalam pengembangan dan perencanaan kesiapsiagaan bencana di Kepulauan Mentawai .

Pada bulan Mei 2013, tim ini berkunjung ke Kepulauan Mentawai untuk mengkaji situasi perencanaan terkini, dan untuk menyerahkan sejumlah peta baru. Selama kunjungan ini, pemerintah daerah, LSM dan media setempat menggunakan peta-peta baru itu untuk mengidentifikasi lokasi evakuasi dan jalur evakuasi ke tempat aman.

“Dengan peta-peta ini, kami akan mempersiapkan diri menentukan lokasi evakuasi untuk menyelamatkan diri” kata Bapak Mahyudin, Sekretaris Desa Tuapejat, Pulau Sipora.

Kami sangat berterima kasih atas adanya peta-peta ini, dan bukanlah hal yang buruk atau akan menakuti masyarakat, tapi akan memberikan pengetahuan bahwa saat ada bencana besar kelak, maka peta ini akan membantu kita lebih berhati-hati, dan lebih siap menghadapi bencana,” tambahnya.

Pemerintah Kabupaten setempat masih menghadapi sejumlah tantangan untuk menjangkau seluruh masyarakat. Ada lebih dari 70 pulau dalam wilayah yurisdiksi mereka, namun dengan akses pada informasi terbaru, Pemerintah Kabupaten akan mampu memahami dan dapat mengurangi dampak risiko tsunami.

Dalam beberapa kasus, masyarakat telah siap untuk menangani permasalahan itu secara mandiri. Di Dusun Mapadegat di tepi pantai Pulau Sipora, Ibu Devi dan keluarganya telah memilih untuk pindah dari tepian pantai ke lokasi yang lebih tinggi.


 


“Kami mendengar soal ini dari masyarakat. Setelah pindah kesini, kami merasa lebih tenang karena telah ada di tempat tinggi. Kini kami merasa aman.” Katanya sambil menggendong anaknya, Pedro di depan rumah baru mereka.

Pembelajaran dari Kepulauan Mentawai akan dimanfaatkan oleh Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) dalam rancangan program pengelolaan risiko bencana dukungan Australia mendatang, sebagai bagian dan bertujuan untuk memperkuat kapasitas Indonesia di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten dalam mempersiapkan masyarakat mereka menghadapi tsunami.

AIFDR akan melanjutkan kerjasama dengan sejumlah lembaga sains di Indonesia untuk memberikan peta rendaman di kawasan rawan tsunami lainnya di Indonesia, dan juga sebagai investasi dasar dalam sains gempa bumi dan tsunami.

Peta genangan tsunami ini dikembangkan oleh tim kolaboratif sains dari AIFDR, LIPI, Badan Geologi, Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP-BPPT), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Geoscience Australia.

Dukungan tambahan berupa data dan imagery didukung oleh Badan Informasi Geospasial Indonesia (BIG), USAID, DigitalGlobe, Australian National University, Earth Observatory Singapore dan California Institute of Technology.


Keterangan Foto

Photo 1: AIFDR dan LIPI membantu pemerintah daerah dan perwakilan LSM untuk melakukan pengecekan lapangan untuk jalur evakuasi.

Photo 2: Ibu Devi dan anaknya Pedro di depan rumah baru mereka. Mereka memilih pindah ke tempat yang lebih tinggi yang aman dari tsunami. Pemilik lahan setempat membantu dengan cara menawarkan lahan yang murah bagi mereka yang mau pindah.


Penulis


BAGIKAN