HOTSPOT RIAU MENINGKAT 173 TITIK
22 Jul 2013 12:53 WIB
Dilihat 358 kali
Foto : HOTSPOT RIAU MENINGKAT 173 TITIK ()
Jumlah titik api (hotspot) di Riau terus mengalami kenaikan. Pantauan
satelit NOAA-18 menunjukkan ada 173 titik. Hotspot ini tersebar di Rokan
Hilir 69 titik, Bengkalis 41 titik, Rokan Hulu 9 titik, Siak 20 titik,
Dumai 12 titik dan masing-masing 1 titik di Kampar, Pelalawann dan
Kepulauan Meranti. Akibatnya kabut asap menyelimuti Riau sehingga
menurunkan jarak pandang di Riau. Pagi ini (22/7) jarak pandang di
Bandara Pekanbaru hanya 70 m dan di Dumai 800 m. Kondisi ini menyebabkan
gangguan kedatangan dan keberangkatan pesawat dari dan ke Pekanbaru.
Kondisi kualitas udara juga mulai menurun. Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Riau melaporkan ISPU yang diukur pada sekitar jam 08.00 WIB di
beberapa kota adalah Rumbai 619 psi, Minas 247 psi, Duri Camp 164 psi,
dan Duri Field 292 psi. Artinta sudah tidak sehat. Bahkan ISPU di
Malaysia juga mengalami kenaikan.
Untuk mengantisipasi bencana asap tersebut, BNPB mengkoordinasikan potensi nasional untuk memberikan pendampingan kepada Pemda Riau. Disiapkan 2 pesawat Hercules C-130 dan 4 pesawat Casa untuk operasi teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan. Operasi water bombing terus dilaksanakan dengan 3 helikopter Bolco BNPB, dan 1 helicopter Sikorsky yang mampu mengangkut air 4.500 liter untuk dijatuhkan dititik api di Riau. Peralatan dan personil untuk TNI juga disiagakan untuk dikerahkan jika kondisi membutuhkan.
Puncak kebakaran lahan dan hutan adalah pada bulan Agustus hingga Oktober, baik di Sumatera dan Kalimantan. 99 persen kebakaran terjadi akibat dibakar. Kunci utama antisipasi bencana asap adalah: Implementasi peraturan-peraturan terkait dengan pencegahan kebakaran lahan dan hutan. Peran Pemda, Kemenhut, Kementan dan KLH harus di depan dalam antisipasi tersebut. Penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri, Kejaksaan, PPNS (Kemenhut, Kementan, KLH). Jika tidak maka pembakaran lahan dan hutan terus dilakukan.
Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Untuk mengantisipasi bencana asap tersebut, BNPB mengkoordinasikan potensi nasional untuk memberikan pendampingan kepada Pemda Riau. Disiapkan 2 pesawat Hercules C-130 dan 4 pesawat Casa untuk operasi teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan. Operasi water bombing terus dilaksanakan dengan 3 helikopter Bolco BNPB, dan 1 helicopter Sikorsky yang mampu mengangkut air 4.500 liter untuk dijatuhkan dititik api di Riau. Peralatan dan personil untuk TNI juga disiagakan untuk dikerahkan jika kondisi membutuhkan.
Puncak kebakaran lahan dan hutan adalah pada bulan Agustus hingga Oktober, baik di Sumatera dan Kalimantan. 99 persen kebakaran terjadi akibat dibakar. Kunci utama antisipasi bencana asap adalah: Implementasi peraturan-peraturan terkait dengan pencegahan kebakaran lahan dan hutan. Peran Pemda, Kemenhut, Kementan dan KLH harus di depan dalam antisipasi tersebut. Penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri, Kejaksaan, PPNS (Kemenhut, Kementan, KLH). Jika tidak maka pembakaran lahan dan hutan terus dilakukan.
Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Penulis