Hari Kedua, Dermatitis dan Febris Banyak Diderita Warga Pakistan Korban Banjir
14 Okt 2022 17:07 WIB
Foto : Tim Medis Indonesia memasuki hari kedua pelayanan kesehatan terhadap warga Pakistan terdampak banjir pada Rabu (12/10). Peningkatan jumlah warga yang ingin berobat bertambah pada hari itu. Tercatat dermatitis dan febris diderita banyak warga penyintas. (Istimewa)
SINDH – Tim Medis Indonesia memasuki hari kedua pelayanan kesehatan terhadap warga Pakistan terdampak banjir pada Rabu (12/10). Peningkatan jumlah warga yang ingin berobat bertambah pada hari itu. Tercatat dermatitis dan febris diderita banyak warga penyintas.
Hari kedua, Tim Medis Indonesia terbagi ke dalam dua tim, yaitu tim pelayanan medis statis. Pelayanan ini berada pada pos kesehatan yang berada di satu kawasan pengungsian Jhuddo City dengan populasi warga terdampak dalam jumlah besar. Sedangkan tim lainnya, mereka bergerak untuk mengunjungi warga di pos-pos pengungsian di Katmir Jan Muhammad. Total pasien yang tercatat selama hari kedua berjumlah 452 warga. Dari jumlah tersebut, sebanyak 329 warga dari pos pengungsian Jhuddo City dan sisanya, mereka tersebar dalam kelompok kecil di Katmir Jan Muhammad.
“Total jumlah pasien berobat pada hari kedua berjumlah 452 orang,” ujar Yusrizal yang juga menjabat Direktur Fasilitasi Penanganan Korban dan Pengungsi BNPB.
Dari kasus yang ditangani, Yusrizal mengatakan, tercatat 85 kasus dermatitis dan angka yang sama untuk febris.
Dermatitis merupakan istilah medis untuk peradangan kulit. Kondisi tersebut sering dialami warga pascabanjir. Selain dermatitis, febris atau demam juga banyak ditemui saat pelayanan kesehatan yang berlangsung di Tehsil Taluka Jhuddo dan Katmir Jan Muhammad, Distrik Mirpur Khas, Provinsi Sindh.
“Di samping itu, kasus demam atau febris juga banyak ditemui, dengan masing-masing 85 kasus,” tambahnya.
Penyakit lainnya yang banyak dialami warga seperti ISPA 80 kasus, dyspepsia 54, myakgia 44, cephalgia 20, hipertensi 12, konjungtivitis 12 dan diabetes mellitus 8.
Di hari kedua ini, Tim Medis Indonesia masih terbagi ke dalam dua tim, yaitu layanan tetap dan keliling. Selama pelayanan, tim dibantu tenaga medis dari Dinas Kesehatan Distrik Mirpur Khas. Secara khusus, otoritas keamanan dari militer dan polisi turut menjaga para personel medis Indonesia.
“Selama aktivitas lapangan maupun berada di penginapan, kami mendapatkan pengawalan ketat dari polisi lokal dan pihak militer,” jelas Yusrizal.
Jumlah kunjungan kumulatif dari 11 hingga 12 Oktober 2022, tercatat 705 penyintas berobat ke tenda pelayanan yang dikelola Tim Medis Indonesia.
Selain warga yang ingin berobat, tim dokter juga melakukan pemeriksaan untuk ibu hamil.
“Kunjungan ibu hamil hari ini (12/10) sebanyak 26 orang atau 5,8 persen,” kata Yusrizal.
Personel dari tim medis juga memberikan pemahaman hidup sehat, khususnya selama berada di pengungsian. Ini menjadi edukasi kesehatan masyarakat bagian dari rantai manajemen pos pengungsian.
Tim Medis Indonesia akan berada di Distrik Mirpur Khas selama dua pekan dan selanjutnya memberikan pelayanan kesehatan di distrik lainnya, yaitu Malir. Kedua distrik ini masih berada di wilayah Provinsi Sindh.
Abdul Muhari, Ph.D.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB