36 Kabupaten/Kota Beralih dari Zona Risiko Sedang Menjadi Zona Risiko Rendah COVID-19
08 Jul 2020 01:24 WIB
Foto : Doktor Dewi Nur Aisyah selaku Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (KOMBEN BNPB/M Arfari Dwiatmodjo)
JAKARTA – Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (GTPPC-19) mengumumkan dari total 514 wilayah administrasi di tingkat kabupaten dan kota di Indonesia, terdapat 36 wilayah beralih dari zona risiko sedang menjadi zona risiko rendah per 5 Juli 2020.
Doktor Dewi Nur Aisyah selaku Tim Pakar GTPPC-19 Nasional mengumumkan analisis mingguan periode 5 Juli 2020, terdapat pertambahan persentase zona hijau atau wilayah tanpa kasus sebanyak 20,2 persen dari seluruh 514 kabupaten dan kota di Indonesia. Sedangkan persentase zona risiko lain, sebesar 34 persen berada di zona risiko rendah, yang ditandai warna kuning, 35 persen zona risiko sedang, atau warna oranye dan 10,7 persen zona risiko tinggi, atau warna merah.
Dewi menjelaskan lebih lanjut mengenai perkembangan jumlah kabupaten/kota di Indonesia yang menempati beberapa zona risiko COVID-19.
“Per tanggal 5 Juli 2020 terdapat 61 kabupaten/kota yang tidak terdampak, 43 kabupaten/kota masuk ke dalam zona hijau di mana tidak ada kasus baru, 175 kabupaten/kota dengan risiko rendah, 180 kabupaten/kota dengan risiko sedang, dan 55 kabupaten/kota dengan risiko tinggi,” tutur Dewi saat mengumumkan analisis mingguan di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Selasa(7/7).
Perpindahan zona risiko COVID-19 di Indonesia tidak hanya dirasakan oleh 36 kabupaten/kota yang berpindah dari zona risiko sedang menjadi rendah saja, lebih lanjut Dewi mengumumkan bahwa terdapat 17 kabupaten/kota beralih dari zona risiko tinggi ke sedang, 10 kabupaten/kota dari zona risiko rendah ke hijau atau tidak ada kasus, dan 38 kabupaten/kota beralih dari zona risiko rendah ke sedang.
Sementara itu, di bawah ini tercantum 36 kabupaten/kota yang mengalami peralihan dari zona risiko sedang menjadi rendah di Indonesia:
Provinsi Jawa Barat
Bogor, Cirebon, Bandung Barat, Kota Sukabumi
Provinsi Jawa Tengah
Klaten
Provinsi Jawa Timur
Pacitan
Provinsi Kalimantan Barat
Sekadau, Melawi, Kota Pontianak, Kubu Raya
Provinsi Kalimantan Timur
Kutai Barat
Provinsi Kalimantan Utara
Kota Tarakan
Provinsi Maluku
Buru, Seram Bagian Barat, Maluku Barat Daya, Kota Tual
Provinsi Maluku Utara
Halmahera Selatan, Pulau Morotai
Provinsi Sumatera Utara
Dairi
Provinsi NTB
Lombok Tengah
Provinsi NTT
Kota Kupang
Provinsi Papua
Biak Numfor, Boven Digoel
Provinsi Riau
Indragiri Hilir, Pelalawan, Kota Pekanbaru, Kota Dumai
Provinsi DI Yogyakarta
Sleman
Provinsi Sulawesi Selatan
Pinrang
Provinsi Sulawesi Tengah
Buol, Morowali
Provinsi Sulawesi Utara
Kota Kotamobagu
Provinsi Sumatera Barat
Agam, Pasaman, Solok Selatan
Provinsi Sumatera Selatan
Kota Prabumulih
Dewi menegaskan sekaligus mengingatkan bahwa COVID-19 merupakan sebuah penyakit yang sangat dinamis sehingga memiliki pergerakan yang begitu cepat.
“Kita dapat melihat pergerakan yang begitu cepat. Kasus positif berubah menjadi sembuh, kemudian orang yang sebelumnya ODP (atau) PDP kemudian terkonfirmasi menjadi positif. Sebuah daerah dengan cepat juga terjadi perubahan, dari zona risiko tinggi turun menjadi sedang, atau dari rendah naik menjadi sedang, dan lain sebagainya,” ucap Dewi.
Laporan analisis mingguan data COVID-19 yang dikeluarkan oleh Gugus Tugas PPC-19 dapat diakses melalui laman resmi Gugus Tugas, yaitu covid19.go.id.
“Di mana di dalamnya nanti, kita dapat melihat berbagai analisis mingguan, yaitu di antaranya adalah perubahan angka kasus positif dan angka kematian, laju insidensi per 100.000 penduduk maupun angka kematian per 100.000 penduduk, distribusi kasus positif berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur, perkembangan pemetaan zonasi risiko daerah, risiko kematian pasien positif Covid berdasarkan kondisi penyerta maupun kelompok umur, perkembangan seluruh provinsi di Indonesia beserta kabupaten/kota,” ujar Dewi.
Di akhir konferensi pers, Dewi menyampaikan kutipan untuk memotivasi warga negara Indonesia dalam melawan COVID-19.
“Jika kita mengibaratkan bahwa kita sedang dalam sebuah perlombaan lari, kita belum sampai di garis finish. Maka saat ini, bukanlah saat yang tepat untuk berhenti atu keluar dari garis pertarungan ini. Namun yang lebih baik kita lakukan adalah bagaimana kita terus bergegas dan tetap waspada agar hingga di ujung jalanan kita akan keluar sebagai seorang pemenang, bukan orang yang kalah dalam pertarungan,” tutupnya.
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional