Mulailah mengetik pada pencarian di atas dan tekan tombol kaca pembesar untuk mencari.

Mudik Saat Pandemi COVID-19 Dapat Menambah Beban Moral Orang Tua di Rumah

Dilihat 68 kali
Mudik Saat Pandemi COVID-19 Dapat Menambah Beban Moral Orang Tua di Rumah

Foto : Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA. Ph.D. (Humas BNPB/Dume Harjuti Sinaga)



JAKARTA - Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA. Ph.D mengatakan bahwa aktivitas mudik pada saat pandemi COVID-19 justru dapat menambah beban moral baru bagi orang tua yang ada di kampung halaman.

Menurut Nasaruddin, hal itu dapat terjadi karena pemudik pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini juga berpotensi mengundang kekhawatiran bagi tetangga orang tua di rumah.

"Kalau kita mudik sekarang, kasihan (orang tua), memberikan beban moral terhadap orang tua kita. Banyak pengalaman yang kita terima dari kampung. Akhirnya orang tuanya dikucilkan gara-gara (menerima) tamunya, anaknya dari Jakarta, misalnya," kata Nasaruddin di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Sabtu (23/5).

Dalam hal ini, kehadiran pemudik dari kota besar seperti Jakarta akan membuat tetangga orang tua di kampung menjadi takut tertular virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Sebab, aktivitas mudik juga sangat berpotensi membuat seseorang menjadi pembawa virus, meski tanpa gejala atau tidak menunjukkan sakit, kepada orang tua dan lingkungan sekitarnya.

"Ini gara-gara tetangga kita membawa tamu dari kota. Ini kita was-was," ujar Nasaruddin menarasikan.

"Jadi kita mungkin pulang kembali kota, orang tua kita masih dikucilkan tetangga. Jadi kalau kita mudik sekarang, itu sangat membebani orang tua kita di sana (di kampung)," imbuhnya.

Oleh karena itu, Nasaruddin mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudik dan tetap di rumah saja. Sehingga tidak membebani orang tua di kampung halaman.

"Sudah mereka hidup rukun, tapi kehadiran kita malah justru membuat orang tua kita itu nanti dikucilkan. Kita sudah kembali ke Jakarta, orang tua kita dikucilkan. Apalagi kalau misalnya ada yang sakit di tempat itu. Jangan-jangan dikutuk, dilaknat orang tua kita. Naudzubillah mindzalik. Jadi bukan membawa kebahagiaan tapi seperti membawa malapetaka," jelas Nasaruddin.

Nasaruddin juga berharap agar masyarakat tetap sabar menunggu hingga keadaan menjadi lebih baik. Tentunya dia juga meminta masyarakat agar berdoa dan bersama-sama melakukan upaya pencegahan, sehingga berakhirnya Bulan Suci Ramadan juga memberi keberkahan bagi umat muslim.

"Ramadan berarti menghanguskan (sesuatu yang buruk), semoga kepergian bulan Ramadan juga menggulung habis virus corona ini. Siapa tahu ada keajaiban atas doa yang kita panjatkan," pungkas Nasaruddin.




Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional


Penulis


BAGIKAN